Selasa, 18 Juli 2017

kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku Oh nikmatnya

Ceritanya begini kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku Oh nikmatnya  : Saya menikah pada umur begitu belia, yaitu 22 th.. Saya tidak pernah meneruskan kuliah, karna saya pada umur itu telah dinikahkan olah orangtua, karna bapak mempunyai hutang judi yang banyak dengan seseorang lelaki playboy “kampungan”. 



Saya menikah dengan sang playboy, usianya begitu renta sekali, 65 th. ketika saya dinikahinya. Satu tahun saya hidup sekasur dengan dia, sepanjang itu juga saya tidak sempat rasakan apa yang diberi nama nikmat seksual. 


Walau sebenarnya, kata rekan-rekan, malam pertama malam yang paling indah. Sedang buat aku, malam pertama yaitu malam neraka!!!. Nyatanya, Burhan, suamiku itu menderita penyakit diabetes (kandungan gula darah yg tinggi), yang begitu kronis, sampai mengganggu kejantanannya di atas ranjang. Sepanjang lima th. kami menikah, sepanjang itu juga saya digaulinya cuma dengan mencumbu, mencium, serta meng-elus-elus saja, selebihnya cuma sebagian yang dirasakan kekecewaan saja. 


Burhan seringkali merangsang dianya dengan memutar film-film porno yang kami saksikan berdua sebelumnya lakukan kegiatan seksual. Namun apa yang berlangsung? Burhan tetaplah saja loyo, tidak dapat merangsang penisnya supaya dapat ereksi, namun malah saya yang begitu sangat terangsang, konyol sekali. 


Saya memperoleh pelajaran seksual dari film-film yang diputar Burhan. Saya seringkali berkhayal, saya disetubuhi lelaki jantan. Saya seringkali lakukan masturbasi enteng untuk melampiaskan keinginan seksualku, dengan beragam langkah yang kudapat dari khayalan-khayalanku. 


Disuatu hari, Burhan mesti terbaring dirumah sakit yang dikarenakan oleh penyakitnya itu. Sepanjang nyaris sebulan dia dirawat di RS, saya makin merasa kesepian sepanjang itu juga. Disuatu hari saya mesti pergi menebus obat di satu apotek besar, serta mesti antre lama. Sepanjang antre saya jemu sekali. Mendadak saya menginginkan keluar dari apotek itu serta mencari situasi fresh.  


Saya pergi ke satu Mall serta minum dan makan disebuah restauran. Disitu saya duduk sendiri disebuah sudut. Karna demikian ramainya restauran itu, hingga saya memperoleh tempat yang belakang serta sudut. Sesudah sebagian waktu saya makan, ada seseorang anak muda ganteng minta ijin untuk dapat duduk di hadapan saya. 


Karna mungkin saja cuma bangku itu yang hanya satu masih tetap tersisa. Dia ramah sekali serta sopan, penuh senyum. Singkat narasi, kami berteman, serta bercakap ngalor-ngidul, sampai satu saat, dia buka jati diri dianya. Dia masih tetap bujang, orang tuanya tinggal diluar negeri. Di Jakarta dia tinggal dengan adik perempuannya yang masih tetap di bangku SMU. 


Nyaris satu jam kami bercakap. Dalam waktu percakapan itu, saya memberi kartu namaku komplit dengan nomor teleponnya. Cowok itu namanya Ronald, tubuhnya tegap tinggi, kulitnya sawo masak, macho nampaknya. Sebelumnya kami berpisah, kami salaman serta janji juga akan sama-sama menelpo lalu. Pada saat salaman, Ronald lama menggenggap jemariku seraya memandang dalam-dalam mataku disertai dengan satu senyum manis penuh arti. 


Saya membalasnya, tidak kalah manis senyumku. Lalu kami berpisah untuk kembali kekesibukan semasing. Dalam perjalanan pulang, saya kesasar telah 3x. 


Pada saat saya nyetir mobil, fikiranku kok senantiasa ke anak muda itu? mengapa cuma untuk jalan pulang ke lokasi perumahanku saya nyasar kok ke Ciputat, lantas balik kok ke blok M sekali lagi, lalu selalu jalan sembari mengkhayal, eh….. kok saya telah dikawasan Thamrin. Sial banget!!! Namun Ok lho?! Telah 1 minggu umur perkenalanku dengan Ronald, sehari-hari saya terasa rindu dengan dia. Suamiku Burhan masih tetap terbaring dirumah sakit, namun kewajibanku mengurus Burhan tidak sempat tidak hadir. 


Saya membulatkan tekad menelpon Ronald ke HP nya. Ku katakan kalau saya kanget banget dengan dia, demikian juga dia, sama kangen dengan juga saya. Kami janjian serta ketemu di tempat dahulu kami berjumpa. Ronald mengajak saya berjalan-jalan, saya menampik, takut diliat orang yang kenal dengan saya. Pada akhirnya kami setuju untuk bercakap ditempat yang aman serta sepi, yakni ; ” Hotel”. 


Ronald membawa saya ke satu hotel berbintang. Kami pergi dengan mobilnya dia. Sesaat mobilku ku parkir di Mall itu, untuk keamanan privasi. Di hotel itu kami memperoleh kamat di lantai VII, sepi memanglah, namun suasananya hening, syahdu, serta romantis sekali. ” Kamu seringkali kemari? ” tanyaku, dia menggeleng serta tersenyum. ” Baru kesempatan ini Tante ” sambungnya. ” Janganlah panggil saya tante selalu dong?! ” pintaku. 


Lagi-lagi dia tersenyum. ” Baik Yulia ” tuturnya. Kami sama-sama melihat, kami masih tetap berdiri bertemu dimuka jendela kamar hotel itu. Kami sama-sama
original:
saling
suggestion:

 tatap, tidak sepatahpun ada kalimat yang keluar. Jantungku makin berdebar keras, logikaku mati keseluruhan, serta perasaanku makin tidak karuan, bercampur pada bahagia, haru, nikmat, romantis, takut, ah….. macam-macamlah!!!. 


Mendadak saja, tak tahu karna apa, kami dengan bersamaan sama-sama merangkul, memeluk erat-erat. Ku benamkan kepalaku di dada Ronald, makin erat saya dipeluknya. Ke-2 lenganku melingkar dipinggangnya. Kami masih tetap diam membisu. Selang beberapa saat saya menangis tanpa ada di ketahui Ronald, air mataku hangat membasahi dadanya. ” Kamu menangis Yulia? ” Tanyanya. 


Saya diam, isak tangisku makin serius. ” kanapa? ” tanyanya sekali lagi. Ronals menghapus air mataku dengan lembutnya. ” Kamu menyesal kemari Yulia? ” bertanya Ronald sekali lagi. Lagi-lagi saya membisu. Pada akhirnya saya menggeleng. Dia membimbingku ketempat tidur. Saya berbarin dibagian tepi ranjang itu. Ronald duduk disebelahku sembari membelai-belai rambutku. Wah…. rasa-rasanya selangit banget!. 


Saya menarik tangan Ronald untuk mendekapku, dia menurut saja. Saya memeluknya erat-erat, lantas dia mencium keningku. Nampaknya dia sayang padaku. Ku kecup juga pipinya. Gairah seks ku makin membara, maklum demikian th. saya cuma dapat melihat serta melihat saja apa yang diberi nama ” penis” semnatar belum juga sempat saya rasakan enaknya. Ronald buka kancing pakaiannya satu persatu. 


Kutarik tangannya untuk berikan isyarat agat dia buka kancing busananku satu persatu. Dia menurut. Makin dia buka kancing busanaku makin terangsang saya. Dalam waktu relatif cepat saya telah bugil keseluruhan! Ronal memandangi badanku yang putih mulus, tidak henti-hentinya dia memberikan pujian pada serta menggelengkan kepalanya tanda kekagumannya. Lalu diapun dalam waktu relatif cepat telah jadi bugil. Aduh……jantan sekali dia. Penisnya besar serta ereksinya demikian keras nampaknya. Nafasku makin tidak teratur sekali lagi. 

Ronald mengelus payudaraku, lalu……mengisapnya. Oh…..nikmat dan aku terangsang sekali. Dia menciumi bagian dadaku, leherku. Aku tak kalah kreatif, ku pegang dan ku elus-elus penisnya Ronald. Aku terbayang semua adegan yang pernah ku saksikan di film porno. Aku merunduk tanpa sadar, dan menghisap penisnya Ronald.


Masih kaku memang gayaku, tapi lumayanlah buat pemula. Dia menggelaih setiap kujilati kepala penisnya. Jari jemari Ronald mengelus-elus kemaluanku, bulu memekku di elus-elus, sesekali manarik-nariknya. Semakin terangsang aku. Basah tak karuan sudah vaginaku, disebabkan oleh emosi sex yang meluap-luap.


Aku lupa segalanya. Akhirnya, kami sama-sama mengambil posisi ditengah-tengah ranjang. Aku berbarimng dan membuka selangkanganku, siap posisi, siap digempur. Ronald memasukkan penisnya kedalam vaginanku, oh….kok sakit, perih ?, aku diam saja, tapi makin lama makin nikmat.


Dia terus menggoyang-goyang, aku sesekali meladeninya. Hingga….cret…cret…cret…air mani Ronald tumpah muncrat di dalam vaginaku. Sebenarnya aku sama seperti dia, kayaknya ada yang keluar dari vaginaku, tapi aku sudah duluan, bahkan sudah dua kali aku keluar. Astaga, setelah kami bangkit dari ranjang, kami lihat darah segar menodai seprei putih itu. Aku masih perawan !!! Ronald bingung, aku bingung.


Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa selama aku menikah, aku belum pernah disetubuhi suamiku, karena dia impoten yang disebabkan oleh sakit kencing manis. ” Jadi kamu masih perawan ?! ” Tanyanya heran. Aku menjelaskannya lagi, dan dia memeluk aku penuh rasa sayang dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, saling berangkulan, tubuh kami saling merapat.


Aku mencium bibir nya, tanda sayangku pula. Seharusnya kegadisanku ini milik suamiku, kenapa harus Ronald yang mendapatkannya? Ah….bodo amat ! aku juga bingung ! Hampit satu hari kami di kamar hotel itu, sudah tiga kali aku melakukan hubungan sex dengan anak muda ini.


Tidak semua gaya bisa ku praktekkan di kamar itu. Aku belum berpengalaman ! Tampaknya dia juga begitu, selalu tak tahan lama !! Tapi lumayan buat pemula . Setelah istirahat makan, kami tudur-tiduran sambil ngobrol, posisi masig dengan busana seadanya. Menjelang sore aku bergegas ke kamar mandi. membrsihkan tubuh.


Ronald juga ikut mandi. Kami mandi bersama, trkadang saling memeluk, saling mencium, tertawa, bahkan sedikit bercanda dengan mengelus-elus penisnya. Dia tak kalah kreatif, dimainkannya puting payudaraku, aku terangsang……dan…….oh,….kami melakukannya lagi dengan posisi berdiri. Tubuh kami masih basah dan penuh dengan sabun mandi.


Oh nikmatnya, aku melakukan persetubuhan dalam keadaan bugil basah di kamar mandi. Ronal agak lama melakukan senggama ini, maklum sudah berapa ronde dia malakukannya,. kini dia tampak tampak sedikit kerja keras. Dirangsangnya aku, diciuminya bagian luar vaginaku, dijilatinya tepinya, dalamnya, dan oh….aku menggeliat kenikmatan.


Akupun tak mau kalah usaha, ku kocok-kocok penis Ronald yang sudah tegang membesar itu, ku tempelkan ditengah-tengah kedua payudaraku, kumainkan dengan kedua tetekku meniru adegan di blue film VCD. Tak kusangka, dengan adegan begitu, Ronald mampu memuncratkan air maninya, dan menyemprot ke arah wajahku.


Aneh sekali, aku tak jijik, bahkan aku melulurkannya kebagian muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali. ” Kamu curang ! Belum apa-apa sudah keluar !” Seruku. ” Sorry, enggak tahan….” Jawabnya. Kutarik dia dan kutuntun ****** ronal masuk ke memekku, kudekap dia dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya.


Ronald diam saja, tampak dia agak ngilu, tapi tetap kugoyang, dan ah….aku yang puas kali ini, hingga tak sadar aku mmencubit perutnya keras-keras dan aku setengah berteriak kenikmatan, terasaada sesuatu yang keluar di vaginaku, aku sudah sampai klimaks yang paling nikmat.


Setelah selesai mandi, berdandan, baru terasa alat vitalku perih. Mungkin karena aku terlalu bernafsu sekali. Setelah semuanya beres, sebelum kami meninggalkan kamar itu untuk pulang, kami sempat saling berpelukan di depan cermin. Tak banyak kata-kata yang kami bisa keluarkan. Kami membisu, saling memeluk. ” Aku sayang kamu Yulia ” Terdenga suara Ronald setengah berbisik, seraya dia menatap wajahku dalam-dalam.


Aku masih bisu, entah kenapa bisa begitu. Diulanginya kata-kata itu hingga tiga kali. Aku masih diam. Tak kuduga sama sekali, aku meneteskan airmata, terharu sekali. ” Aku juga sayang kamu Ron ” Kataku lirih.” Sayang itu bisa abadi, tapi cinta sifatnya bisa sementara ” Sambungku lagi. Ronald menyeka air mataku dengan jemarinya.


Aku tampak bodoh dan cengeng, kenapa aku bisa tunduk dan pasrah dengan anka muda ini ? Setelah puas dengan adegan perpisahan itu, lantas kami melangkah keluar kamar, setelah check out, kami menuju Blok M dan kami berpisah di pelataran parkir. Aku sempat mengecup pipinya, dia juga membalasnya dengan mencium tanganku. Ronald kembali kerumahnya, dan aku pulang dengan gejolak jiwa yang sangat amat berkecamuk tak karua.


Rasa sedih, bahagia, puas, cinta, sayang dan sebaginya dan sebagainya. Ketika memasuki halaman rumahku, aku terkejut sekali, banyak orang berkumpul disana. Astaga ada bendera kuning dipasang disana. Aku mulai gugup, ketika aku kemuar dari mobil, kudapati keluarga mas Burhan sudah berkumpul, ada yang menangis.


Ya ampun, mas Burhan suamiku sudah dipanggil Yang Kuasa. Aku sempat dicerca pihak keluarganya, kata mereka aku sulit dihubungi. Karuan saja, HP ku dari sejak di Hotel kumatikan hingga aku dirumah belum kuhidupkan. Kulihat mas Burhan sudah terbujur kaku ditempat tidur. Dia pergi untuk selamanya, meninggalkan aku, meninggalkan seluruh kekayaannya yang melimpah ruah. Kini aku jadi janda kaya yang kesepian dalam arti yang sebenarnya. Tiga hari kemudian aku menghubungi Ronald via HP, yang menjawab seorang perempuan dengan suara lembut.


Aku sempat panas, tapi aku berusaha tak cemburu. Aku mendapat penjelasan dari wanita itu, bahwa dia adik kandungnya Ronald. Dan dijelaskan pula bahwa Ronald sudah berangkat ke Amerika secara mendadak, karena dipanggil Papa Mamanya untuk urusan penting.


Kini aku telah kehilangan kontak dengan Ronald, sekaligus akan kehilangan dia. Aku kehilangan dua orang laki-laki yang pernah mengisi hidupku. Sejak saat itu sampai kini, aku selalu merindukan laki-laki macho seperti Ronald. Sudah tiga tahun aku tak ada kontak lagi dengan Ronald, dan selama itu pula aku mengisi hidupku hanya untuk shopping, jalan-jalan, nonton, ah…macam-macamlah.Nonton Film Bokep Disini


Yang paling konyol, aku menjadi pemburu anak-anak muda ganteng. Banyak sudah yang kudapat, mulai dari Gigolo profesional hingga anak-anak sekolah amatiran. Tapi kesanku, Ronald tetap yang terbaik !!! Dalam kesendirianku ini . . . Segalanya bisa berubah .. . Kecuali, Cinta dan kasihku pada Ronad, Aku tetap menunggu, sekalipun kulitku sampai kendur, mataku lamur, usiaku uzur, ubanku bertabur, dan sampai masuk kubur, Oh….Ronald, kuharap engkau membaca kisah kita ini. Ketahuilah, bahwa aku kini menjadi maniak seks yang luar biasa, hanya engkau yang bisa memuaskan aku Ron ?

Related Posts

kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku Oh nikmatnya
4/ 5
Oleh