Mbak Ratna yang liar burungku digenggam ohh.. yees Temui saya di Hotel H kamar 315, namun terlebih dulu telp dahulu ya Dik Sakti, siapa tahu Mbak Ratna tengah keluar sebentar.. ” demikianlah perbincangan yang singkat yang maknanya bisa saya mengerti secara cepat. Oh ya, Mbak Ratna telah mengenalku lebih kurang 1/2 th., namun sepanjang 1/2 th. itu, kami cuma hanya berteman, karna ketidaksamaan tempat yang cukup jauh, saya di kota S tengah Mbak Ratna di kota J. Dia mengenalku dari Mbak Vian, ya mudah-mudahan pembaca masih tetap ingat dengan kisahku di “Gelora Di Kolam Renang”. Namun saya tidak paham apa hubungan pada Mbak Vian dengan Mbak Ratna, menurut Mbak Vian sich cuma rekan dari “milist groups” (saya lupa namanya), di situ Mbak Vian narasi mengenai hubunganku dengannya. Serta Mbak Ratna minta bagaimana supaya dapat diperkenalkan denganku.
Secara singkat, pertemanan 1/2 th. jalan hanya kirim e-mail serta telepon, namun sudah pasti dia yang telepon duluan. Mbak Ratna yaitu janda beranak 2, dia bekerja di bagian Public Service satu perusahaan finance di kota J, tidak terang bagaimana ia menjanda, yang tentu bekas suaminya orang melayu. Dari yang kubayangkan sampai kini lewat perbincangan telepon, fisiknya bebrapa tengah saja, cuma suaranya, ya.. suaranya yang saya ingat senantiasa, berat serta serak, mungkin saja karna dia perokok berat.
Dengan bekal uang recehan, saya datang ke hotel H, serta lewat public phone, saya telepon ke kamar 315. Cukup lama suara dering telepon saya dengar serta tak ada yang mengangkat, mendadak.. “Halo.. ” lho kok nada lelaki? fikirku. “Maaf Mbak Ratna ada? ”“Sebentar, dari siapa ini? ”“Sakti, saya telah janji untuk berjumpa sore hari ini, ”“Tante, ada orang namanya Sakti, tuturnya ingin ketemu.. ”Terdengar nada mengeras menyebut nama Ratna. Tante? Siapakah kiranya lelaki ini? “Ya Dik Sakti, aduh maaf Tante masih tetap terima Hand Phone dari rekan di J, segera saja deh naik. ”
Demikian pintu terbuka, saya kaget, nyatanya bayanganku mengenai Mbak Ratna meleset seratus %! Umurnya 37 th., tengah saya waktu itu masih tetap 25 th., kulitnya coklat, tidak cantik, relatif gemuk tinggi badannya yang 160 cm dengan berat 75 kg. “Wah maaf ya, kenalin ini saudara Mbak di S, namanya Andi, dia anak dari kakak Mbak yang paling tua, kebetulan tengah kuliah disini ambillah jurusan.. apa Di? ”“Manajemen, ” jawab Andi singkat sembari berjabat tangan resmi sekali. “Semester berapakah kamu Di? ”“Baru semester dua kok Tante. ”“Oh ya ini Sakti, dia yang menolong Tante masalah kantor di S, ” jawabnya menutup-nutupi yang sesungguhnya, serta saya mensupport apa yang dikatakannya. “OK deh Tante, karna telah ada Mas Sakti, Andi permisi dahulu, besok keretanya jam berapakah sich, agar Andi antar sama ibu sekalian, ” tawaran Andi dijawab singkat Mbak Ratna. “Ah, kelak saya telepon Mbak Ning deh, sekalian besok minta dijemput main ke rumahmu, salam buat ibu serta ayah ya, hingga ketemu besok. ”
Jam tunjukkan jam 1/2 tujuh malam, “Sampai di mana barusan Sakti.. oh ya, selamat bersua deh dengan Mbak Ratna? Bagaimana menurut Dik Sakti? Mbak Ratna gemuk ya? Hayoo jujur saja, tidak butuh bohong? ”“Iya, untuk ukuran Mbak Ratna memanglah termasuk gemuk, namun tidak apa kok, lagian kami telah akrab kan 1/2 th. ini, ” saya coba mencairkan situasi. Mbak Ratna menyulut sebatang rokok Mild serta menawariku, “Terima kasih, saya lebih sukai Dji Sam Soe Filter, ” sembari turut merokok milikku sendiri. “OK, berniat saya tidak narasi fisik Tante, takut bila Dik Sakti tidak mau ketemu. ”“Ah Mbak Ratna salah menduga saya, saya tidak lihat wanita dari fisiknya kok, gemuk, kurus, cantik atau tidak, China atau Pribumi, pendek atau tinggi, yang perlu ‘permainan’-nya. ”Tiba-tiba saya segera nyerocos. “Lagi juga, saya juga tidak tampan serta bertubuh atletik kan? saya cuma lelaki umum yang mujur dapat temani sebagian wanita yang maaf lho Tante.. seperti.. Mbak Ratna ini. ”
Mendadak, belum juga usai rokok satu batang, Mbak Ratna segera merangkulku serta melumat bibirku. Didekapnya badanku, serta merasa sesak nafasku karna badannya yang gemuk segera menindihku ditempat tidur. “Dik Sakti, telah sembilan bulan ini Mbak Ratna belum juga rasakan sentuhan lelaki, tolong Mbak Ratna ya.. oohhkk, ” suaranya yang berat serta serak memecahkan kesadaranku untuk turut melayani permainannya. Bayangan badannya yang gemuk telah hilang dari fikiranku, karna untuk pertama kesempatan ini, saya menjumpai wanita yang berani segera tanpa ada pemanasan. Serta ciumannya saya akui begitu panas (mungkin saja karna sembilan bulan puasa). Belum juga usai permainan pertama, Mbak Ratna telah mulai melepaskan bajunya satu persatu. Serta hebatnya, sembari melepas baju, tangannya yang satu tidak berhenti meraba kemaluanku yang masih tetap rapat tertutup celana. Saya telah tegang mulai sejak ia mempermaikan kemaluanku.
“Ookkhh, Sakti, perlihatkan dong sama Mbak, kemaluan kamu, telah tegang tuch.. okkhh yeess, ”Tidak hingga satu menit, kami berdua telah polos. Badan yang gemuk itu, memiliki ukuran payudara bebrapa tengah saja, namun rambut kemaluannya terang tertangani sekali, panjang, lebat namun lurus, serta telah basah karna terangsang. Batang kemaluanku segera saja dituntun ke mulutnya, serta hisapannya.. “Aaauu, bebrapa perlahan Mbak, sakiit! ” rupanya Mbak Ratna sangat tergesa-gesa. Kubimbing dia untuk bermain bebrapa perlahan. “Terus Mbak! yaa, teerruss, ohh, perlahan Mbak, ohh selalu, nah demikian, ” sembari mukanya maju-mundur, burungku selalu dijilati seperti es cream. Tidaklah perlu lama-lama menanti, saya mulai turut mempermainkan bibir kemaluannya. Karna telah basah, saya tidaklah perlu usaha keras untuk mengajaknya memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. Serta rupanya Mbak Ratna masih tetap menginginkan mengulum batang kemaluanku, meskipun telah sangat begitu keras serta tegang, apa bisa buat, saya cuma dapat menanti giliran untuk menusuk lubang kemaluan yang sangatlah basah itu.
“Ohhk my God, Mmmbakk, ” suaraku bergetar, karna telah menginginkan memuntahkan sperma. Sepuluh menit cuma mengulum saja, selekasnya kupercepat pergerakan, serta agak tersedak Mbak Ratna makin liar mengisap kemaluanku. Serta saya keluarkan sperma di mulut Mbak Ratna, sedikit, namun cukup untuk memuaskan nafsuku yang pertama. Saya klimaks cuma dengan oral sex saja, serta Mbak Ratna masih tetap mengulum habis sekalian bersihkan sisa sperma di kemaluanku. Serta lima menit lalu, burungku telah mulai bereaksi kembali. Kesempatan ini Mbak Ratna makin bernafsu, serta belum juga tegang benar, saya telah dikangkanginya, tempatku dibawah, serta Mbak Ratna di atasku. Wah, saya nyaris susah bernafas, kelihatannya (sialan) kesempatan ini saya betul-betul habis dikuasai permainan Mbak Ratna.
Dengan diarahkan tangan kiri Mbak Ratna, burungku digenggam serta diarahkan ke lubang kemaluannya. Mmhh.. hangat merasa serta dibarengi nada gesekan kemaluan serta dinding kemaluan samping dalam. Mbak Ratna mulai bergerak naik-turun, serta saya pasif saja melihat apa yang tengah ditangani. “Oh ya.. ohhkk yaa, uuchh, ” Mbak Ratna begitu aktif sekali, pergerakannya makin tidak teratur, saat ini mulai bergerak maju-mundur, serta terkadang menghentak, serta 1/2 melompat, seakan-akan menginginkan menancapkan burungku dalam-dalam ke lubang kemaluannya yang sangatlah licin. “Dik Sakti adduhh, bagaimana ini, oohh sshitt, aauuww, ohhkk, ” tak tahu teriakan apa sekali lagi yang kudengar, Mbak Ratna makin buas memainkan pinggulnya, namun begitu memiliki irama dengan keluar-masuknya batang kemaluanku ke lubang kemaluan Mbak Ratna.
Mendadak Mbak Ratna berputar-putar membelakangiku dengan tempat masih tetap diatas, serta batang kemaluanku tertancap di lubang kemaluannya, Mbak Ratna bertumpu dengan ke-2 kakinya dengan tempat jongkok kembali menaik-turunkan badannya, ohhkk, begitu aktif sekali. Saat ini saya cuma lihat sisi pantatnya saja, sembari kadang-kadang lihat pergerakan kemaluanku yang telah basah diberi cairan dinding kemaluan Mbak Ratna terlihat keluar-masuk di lubang yang sangat nikmat. “Oocchh, please.. huuhh.. hhuhh.. oohh ohh, ” pergerakannya semakin cepat, serta saat ini terang begitu tidak teratur. Kasur seperti bergerak dihantam gelombang oleh permainan Mbak Ratna tengah saya cuma rebahan nikmati permainannya. Serta mendadak, dia perlambat pergerakannya dengan hujaman ke bawah yang begitu keras, dengan hal tersebut burungku menusuk begitu dalam ke mulut kemaluannya. “Aauuhh, ” sedikit sakit karna dipaksa.
Makin lambat pergerakan Mbak Ratna, namun suaranya semakin kencang (mudah-mudahan tidak terdengar hingga keluar). “Yeess.. yess.. yeess.. uuhh, aakkhh, aakhh, oohh, oh.. oh.. oh.. ohh.. yees, ouucchh.. oouucch, please, pleease.. pleeassee, aaoucchh, shhitt! ” Hening, dalam sekali batang kemaluanku menusuk ke lubang kemaluan Mbak Ratna, serta dilewatkan tetaplah didalam, sesaat Mbak Ratna menggeliat, seakan ada pergerakan automatis pada dinding kemaluannya yang mengurut-urut batang kemaluanku dengan pergerakan menjepit serta melebar, menjepit kembali serta mendadak hangat merasa, seperti ada cairan penambahan.
Ya, saya hingga pada puncak klimaksku, saat dalam diam itu, ada pergerakan automatis dari dinding kemaluan Mbak Ratna, seakan-akan meremas kemaluanku dengan begitu teratur serta diselingi desiran cairan kental yang buat licin, hingga batang kemaluanku merasa berdenyut-denyut dipompa oleh dinding kemaluan Mbak Ratna. Serta peristiwa yang singkat ini berjalan kurang dari 1/2 jam, yaitu permainanku yang paling akhir di kota S. Saat ini saya telah di J, sekota dengan Mbak Ratna. Namun mulai sejak di kota J ini, malah saya tidak sempat sekali lagi terkait dengan Mbak Ratna. Mulai sejak peristiwa yang pertama dengan Mbak Ratna, kami masih tetap pernah bercinta 3 kali di masa datang, serta seperti permainan kami yang pertama, saya cuma diam saja melihat permainan Mbak Ratna yang agresif serta kutunggu suatu hal yang istimewa, pergerakan dinding kemaluannya, yang belum juga sempat kutemui dengan wanita yang beda.
Saat pembaca membaca pengalamanku ini, saya mujur bisa melanjutkan hobyku di kota J ini, karna senantiasa saja ada pembaca yang menginginkan berteman dengan kirim e-mail ke alamatku. Serta dari perjumpaan itu, meskipun tidak semua, terdapat banyak yang berani berusaha untuk bercinta denganku. Serta pada pembaca yang menginginkan berteman serta siapa tahu juga tertarik untuk coba, saya tunggulah e-mailnya. Salam buat Ratna (yang melepas keperjakaanku, baca kisahku setelah itu, Anggi, Mbak Vian (cewek Chinese yang seksi), Mbak Ratna (yang liar) yang telah sharing kenikmatan denganku.
Mbak Ratna yang liar burungku digenggam ohh.. yees
4/
5
Oleh
Unknown