Selasa, 18 Juli 2017

Aku mencari klitorisnya dengan lidahku Ooougghhh… my god Dewi terangsang

Aku mencari klitorisnya dengan lidahku Ooougghhh… my god Dewi  terangsang Sinta Gadis Imut - Peristiwa ini bermula dari e-mail yang masuk memberi komentar atas kisahku yang dimuat. Rambut kemaluannya tidak tebal sekali, bukanlah karna tidak tumbuh lebat, tetapi Dewi rajin mencukurnya. Serta saat burungku bersentuhan dengan bibir vagina sisi luarnya, mengalir perasaan sedikit geli karna rambut-rambut kecilnya tajam menusuk sekitaran kemaluanku. 




Tetapi gesekan itu tidak berhenti hingga disitu, vagina yang telah basah memudahkan jalan masuk penisku yang telah keras menembus dinding dalam vagina yang meskipun telah tidak sempit sekali lagi namun masih tetap merasa nikmat untuk dikocok keluar masuk perlahan, kencang, perlahan, kencang. “Ogh… ogh..! ” suaraku telah tidak teratur sekali lagi. Pergerakan pinggul Dewi telah makin liar serta tidak teratur. “Mmhh.. mmhh.. yaagghh..! ” kelihatannya orgasme akan tiba, serta Dewi terlihat menikmatinya. 


Tidaklah sampai lima menit dari penetrasi, Dewi orgasme, serta saya percepat gesekanku supaya bisa klimaks juga. “Yess..! ”Aku pernah kaget saat spermaku berhamburan, sesaat saya belum juga siap menarik keluar burungku, Dewi berteriak. Dia berniat menghimpit pantatku agar saya tidak bisa menarik keluar burungku, serta spermaku keluar didalam vaginanya. 


Kesokan harinya saya datang ke tempat Santi, serta tanpa ada basa-basi sesudah mengobrol sekedarnya, kami ke kamar atas serta menanggalkan baju kami semasing sampai tak ada satu juga yang tersisa. Seperti umum, Santi pandai sekali memainkan lidahnya baik itu di mulutku, juga di kemaluanku. Sesaat saya meraba-raba rambut kemaluannya yang lebat serta lurus. Vaginanya rapat dalam satu garis masih tetap kering. Desah nafas kecil kami berdua membuat pergerakan tanganku makin aktif buka serta mencari klitorisnya, sesaat Santi mengajakku berlutut. Saya telah memahami dengan tempat yang dikehendaki. 


Burungku telah dikulumnya, sesaat lidahku juga telah berhasil membuat vagina Santi mulai keluarkan cairan. Baunya agak berlainan di banding Dewi, Santi lebih harum. Hisapan mulut Santi yang kuat serta dalam membuat burungku keras sekali serta terkadang merasa sakit, tetapi anehnya Santi pintar mengatur irama, hingga saya tidak keburu keluar. Dia telah cukup tahu dari pada permainan selesai serta dia belum juga apa-apa, tambah baik mengalah. Demikianlah yang kualami. 


Namanya Dewi, usia 37 th. keturunan indo, namun sepintas akan tidak terlihat karna rambutnya hitam lebat sebahu. Tinggi rata-rata wanita Indonesia 160 cm, payudara tidaklah terlalu besar, 32 cup B, kulitnya kuning langsat namun tidaklah terlalu mulus karna tuturnya saat kecil nakal, hingga seringkali jatuh dari sepeda. Cuma satu yang tunjukkan dia wanita blesteran, yakni matanya yang biru laut. Awal mulanya saya juga menduga itu juga karna dia memakai kontak lens, namun nyatanya mata indah itu memanglah asli dari sananya. 


Percintaanku bermula dari satu pesta pernikahan rekan istriku. Istriku? Ya, narasi kesempatan ini saya telah beristri. Untuk pembaca yang ikuti ceritaku, 6 cerita terlebih dulu memanglah saya belum juga beristri. Tetapi saat ini, walau saya telah mempunyai istri yang cantik, namun penyakitku untuk bercinta dengan wanita beda belum juga hilang, meskipun frekwensinya jauh kukurangi. Serta cerita ini yaitu perselingkuhanku pertama mulai sejak saya beristri. 


Di pesta itu, sudah pasti kami berjumpa dengan adanya banyak rekan istriku. Seperti reuni demikianlah deskripsinya. Serta dari demikian banyak tamu, saya dikenalkan dengan Santi, rekan istriku saat kelas dua SMA dahulu. 


Santi, gadis umum saja serta masih tetap single (waktu itu berusia 26 th.). Meskipun demikian, badannya begitu baik serta seimbang. Benar sangkaanku, Santi yaitu seseorang peragawati semi professional. Berlainan dengan jenis, memanglah peragawati lebih memercayakan bentuk badan di banding muka yang cantik. Akan tetapi, bisa disebutkan Santi mempunyai muka yang ciri khas.., ya ciri khas kombinasi pada Jawa serta Itali. Benar. Santi gadis peranakan ayah Italia serta ibu Jawa Tengah. Kami bertiga cepat akrab, serta sebelumnya berpisah, semasing meninggalkan alamat serta nomor telpon. 


Empat hari lalu, Santi menelpon istriku. Kami diundang ulangtahun Santi yang ke 26 di tempat tinggalnya, serta cuma di hadiri kerabat dekat serta sanak saudara. Tak tahu mengapa, kami juga turut diundang, walau sebenarnya istriku bukanlah termasuk juga rekan dekatnya, bahkan juga waktu SMA juga bukanlah termasuk juga grup bermainnya. Mungkin saja karna waktu di pernikahan kemarin kami termasuk juga yang akrab serta temani Santi sampai acara selesai, hingga dia terasa tidak sendiri waktu itu. Modal yang cukup untuk merajut persahabatan baru, demikian mungkin saja fikiran Santi. 


Di pesta ulangtahun itulah, kami dikenalkan dengan Dewi, kakak perempuan tertua Santi. Karna Santi repot temani sanak saudara, jadi kami ditemani Dewi. Sendirian? Ya.., nyatanya Dewi datang sendiri saja, karna dia sudah bercerai dengan suaminya dua th. yang kemarin. Bekas suaminya yaitu orang asing yang bekerja di perusahaan asing, saat kontrak kerjanya habis, dia kembali pada negeri aslinya, karna berlangsung ketidakcocokan, mereka bercerai serta dua anaknya yang masih tetap kecil turut bekas suaminya. 


Bagaimana saya dapat tahu itu semuanya? Tidaklah hal yang susah buatku untuk berbincang-bincang serta menggiring ke kehidupan keluarga, di acara pesta meskipun. 


Tak tahu karna kami kerasan bercakap atau mungkin saja karna pestanya tidak lama. Pada akhirnya tinggal kami berenam dirumah itu, Santi serta Dewi, kami berdua, serta ke-2 orang-tua mereka. Namun cuma 15 menit saja orang-tua Santi temani kami, lalu undur diri dalam diskusi kami. Tinggalah kami berempat mengobrol sampai tengah malam. Karna percakapan menghadap pada bebrapa cerita SMA dahulu, jadi saya serta Dewi mencari tema yang beda, karna memanglah saya tidak satu SMA dengan istriku, serta Dewi walau di SMA yang sama juga dengan mereka namun jaraknya jauh diatas, hingga juga tidak tahu. 

Dari perbincangan dua kutub, akhirnya benar-benar menjadi dua tempat diskusi yang terpisah. Kami mengobrol di halaman depan, sementara Santi dan istriku ngobrol di ruang tengah sambil membuka-buka foto mereka masa SMA dulu. Sementara kami? Dewi lebih banyak ngobrol masalah kehidupan sehari-hari.


“Tidak mencoba cari suami lagi Mbak..?” tanyaku dalam obrolan kami.“Ingin sih.., tapi masih trauma Dik Sakti.”“Dua tahun menjanda kan cukup toh Mbak..?”“Betul.., tapi tujuh tahun pernikahan yang kami jalani lebih membekas tuh..!”“Trus ngapain dong kalau malam minggu..? Tidak mungkin di rumah aja kan..? Dan juga tidak mungkin jalan-jalan terus kan..?”“Oh.., biasanya malam minggu aku sibukkan dengan main internet di rumah.”“Wah, berarti tahu situs-situs porno dong..! Ha.. ha..!”“Ih ngaco deh Dik Sakti ngomongnya, ntar aku bilangin istrinya lho..!”


“Pernah masuk ke Bispak.org nggak..?”“Sering..,” jawab Dewi tanpa malu sambil menyebut beberapa cerita yang ada disana. Dan, “Hanya sebatas petting..?”Betul, salah satu yang terucap dari bibirnya adalah kisah yang berjudul ‘Hanya Sebatas Peting’.“Kenapa nggak coba menghubungi pengarangnya lewat email Mbak..?” pancingku agar dia mengirim email ke pengarang ‘Hanya Sebatas Peting’, ya.., agar dia mengirim ke emailku, karena aku lah pengarang kisah ‘Hanya Sebatas Peting’ tersebut.


Dua hari kemudian, dugaanku tepat, ada email masuk ke alamatku dan ingin berkenalan lebih jauh setelah membaca kisah ‘Hanya Sebatas Peting’. Aku tahu itu pasti Dewi. Ya, segera kubalas dengan memberikan no. HP-ku (kebetulan Dewi tidak tahu no. HP-ku). Alangkah terkejutnya Dewi ketika menelponku dan mengajak berhubungan seks, ternyata itu adalah aku, suami dari teman adiknya. Dan aku pun lebih terkejut lagi, dia ternyata bukan Dewi, tetapi Santi teman istriku. Santi dan Dewi menggunakan email yang sama dan sama-sama hobby membaca Bispak.org, dan rupanya Dewi menyuruh Santi mengirim email dan menelponnya. Aku terpaksa memohon untuk menutup rahasia ini dari istriku, dan sebagai balasannya kami bertiga akan bercinta.


Kami janjian di rumah Dewi, mula-mula kami bermain kartu, akhirnya Santi menawarkan strip poker. Cukup beruntung, setengah jam Santi dan Dewi dapat kukalahkan, dan seluruhnya berhasil kulucuti pakaiannya, sementara aku baru sebatas telanjang dada saja.


Permainan kami hentikan, dan aku memulai meraba tubuh Santi yang memang lebih seksi dibanding kakaknya Dewi. Meskipun belum menikah, tetapi sepertinya Santi sudah cukup pengalaman dengan pemanasan yang kumainkan. Terbukti, Santi mampu mengimbangi ciumanku, bahkan dalam posisi 69 sekalipun, Santi mampu memainkan burungku di rongga mulutnya cukup lama dan memainkan lidahnya di dalam sana.


Rambut kemaluannya lebih lebat dari Dewi dan lebih mengundang nafsu. Aku mencari klitorisnya dengan lidahku. Ketika kusentuh, terasa getaran reaksi dari Santi. Dapat dikatakan inilah foreplay terlama yang pernah kumainkan. Hanya dengan mengulum burungku, aku klimaks dan mengeluarkan sperma yang langsung ditelannya, setelah itu dijilatinya burungku hingga bersih, terus dan terus permainan tidak berhenti.


Meskipun burungku sudah mengecil karena orgasme, Santi tidak berhenti memainkan burungku di dalam mulutnya, sementara aku sudah kewalahan melayaninya, lidahku sampai pegal memainkan bibir vagina dan klitorisnya. Kulumanku kuhentikan dan kuganti dengan memainkan jemariku di lubang vaginanya yang basah. Dua jari sudah kumasukkan ke dalam lubang vaginanya yang hangat, dan Santi berhasil membangunkan burungku kembali setelah terkulai sekitar sepuluh menit. Dan Santi belum menyelesaikan permainannya.


Luar biasa! Telurku dimainkan dengan sentuhan lidahnya yang halus, merambat pelan bibirnya menyentuh burungku, dan dilumurinya seluruh permukaan burungku dengan jilatannya yang sedari tadi terasa hangat. Aku tidak mau keluar untuk yang kedua kalinya. 45 menit hanya untuk oral, aku segera berbalik badan dan mempersilakan Santi memegang burungku yang sudah keras, dibimbingnya dan diarahkan ke lubang vaginanya.


“Ooougghhh… my god..!” desahku.Masuk sudah seluruh penisku di lubang kenikmatan Santi, posisiku di bawah dan Santi di atas. Sambil menghentak-hentakkan pantatnya naik turun memompa dan menjepit burungku, rupanya Santi lebih pengalaman dari yang kubayangkan. Kemana Dewi? Dia masih sabar menunggu gilirannya, tetapi aku sudah tidak kuat, daripada dia kecewa nantinya maka kuajak dia mengangkangiku tepat di atas kepalaku. Aku jilat veginanya semampuku, karena aku sudah tidak konsentrasi dan sulit bernafas karena permainan Santi.


Untunglah Dewi lebih mudah terangsang dari yang kuduga. Cukup lima menit vaginanya sudah basah terasa asin dan anyir, tidak seharum Santi. Aku semakin sulit bernafas karena goyangan Santi semakin cepat dan dalam menekan burungku. Sepertinya aku sudah mau dapat, dan Santi masih asyik dengan gerakannya. Maka dengan refleks kutarik batang kemaluanku dan Dewi kurebahkan di bawah. Burungku mengarah ke lubang vagina Dewi yang jauh lebih basah dari Santi, sementara tiga jariku kumasukkan ke vagina Santi menggantikan tugas burungku.


Aku tidak mau keluar sebelum Santi dapat, dan pasti aku kelelahan sebelum Dewi kulayani. Untunglah Santi dapat mengerti, dan tetap menikmati jemariku di dalam vaginanya. Dan Dewi sudah terengah-engah dengan gerakanku keluar masuk vaginanya yang lebih kecil dibanding Santi, walaupun tidak serapat Santi.


Teriakan yang tertahan menandakan Dewi mendapatkan kepuasan, untunglah tugasku sudah selesai dengan Dewi, sehingga aku dapat melanjutkan dengan Santi dan spermaku keluar untuk kedua kalinya tidak lama setelah kumasukkan ke dalam vagina Santi. Mudah-mudahan Santi pun puas, karena aku tidak melihat gejala dia orgasme meskipun kudengar dia teriak saat spermaku menyembur di vaginanya.


Badanku terasa lemas bercinta dengan dua perempuan sekaligus, untunglah Dewi tidak sehebat Santi. Maka sejak saat itu, aku tidak mau lagi bercinta sekaligus, aku baru mau kalau hanya satu-satu, dan aku lebih banyak bercinta dengan Santi karena selain lebih seksi, lebih bergairah dan yang terpenting aku dapat orgasme minimal dua kali. Pernah aku bertanya terus terang dengannya, apa Santi juga orgasme ketika bercinta denganku. Jawabannya kadang-kadang, tapi dia mengakui suka karena kebutuhannya terlampiaskan. Dan ketika tidak orgasme, dia selalu melanjutkan sendiri dengan ‘dildo’-nya.


Dua bulan hubungan kami bertiga berjalan hingga Santi meneruskan studinya ke Jerman memperdalam bidang Information Technology, dan Dewi masih tetap sendiri, hanya saja saat ini ada lelaki yang sedang dekat dengannya dan sepertinya dia mencoba untuk serius. Sementara aku masih tetap menjawab email yang masuk terutama wanita, tetapi kebanyakan mereka tidak ada yang seberani Santi dan Dewi untuk berlanjut lebih dari sekedar berkirim email.


Hingga suatu saat ada email yang kukira junk email dari luar negeri, dan ketika kubuka, Santi..!“Hey… gue seneng disini. Gue bisa orgasme terus setiap berhubungan dengan temen-temen gue yang orang bule. Ha… ha… burungnya besar-besar lho.., dan penuh di mulut gue… ha… ha…” isi emailnya.Sialan.., aku kesal tetapi tersenyum juga melihat isi emailnya.

Related Posts

Aku mencari klitorisnya dengan lidahku Ooougghhh… my god Dewi terangsang
4/ 5
Oleh