Jumat, 14 Juli 2017

Cerita ngeseks ku Baru kali ini putingku dicium dan dijilat

Cerita ngeseks ku Baru kali ini putingku dicium dan dijilat Malam itu saya dinner dengan clientku di satu cafe. Satu band tampak menghibur pengunjung cafe dengan musik jazz. Lagu “I’m Old Fashioned” dimainkan dengan cukup baik. Saya memerhatikan sang penyanyi. Seseorang gadis berumur kurang lebih 26 th.. Suaranya benar-benar sangat jazzy. Gadis ini berwajah tidaklah terlalu cantik. Tingginya lebih kurang 160 cm/55 kg. Badannya padat diisi. Ukuran payudaranya sekitaran 36B. Keunggulannya yaitu lesung pipitnya. Senyumnya manis serta matanya berbinar indah. Cukup seksi. Terlebih suaranya. Membuat telingaku fresh. 




“Para pengunjung sekalian.. Malam hari ini saya, Nunung dengan band juga akan temani anda semuanya. Bila ada yang menginginkan bernyanyi dengan saya, mari.. saya persilakan. Atau bila menginginkan request lagu.. silakan”. 


Penyanyi yang nyatanya bernama Nunung itu mulai menegur pengunjung Cafe. Saya cuma tertarik mendengar suaranya. Pembicaraan dengan client mengambil alih perhatianku. Hingga lalu telingaku menangkap perubahan langkah bermain dari sang keyboardist. Saya lihat ke arah band itu serta lihat Nunung nyatanya bermain keyboard juga. 


Nunung bermain solo keyboard sembari menyanyikan lagu “All of Me”. Lagu Jazz yang begitu sederhana. Saya nikmati semuanya type musik serta berupaya tahu semuanya type musik. Termasuk juga jazz yang memanglah ‘brain music’. Musik cerdas yang membuat otakku berfikir tiap-tiap mendengarnya. Nunung nyatanya bermain begitu aman. Saya terkesima temukan seseorang penyanyi cafe yang dapat bermain keyboard dengan baik. Mendadak saya jadi begitu tertarik dengan Nunung. Saya menuliskan request laguku serta memberinya lewat pelayan cafe itu. 


“The Boy From Ipanema, please.. And your cellular number. 081xx. From Boy. ”, tulisku di kertas request sekalian menuliskan nomor HP-ku. Saya meneruskan pembicaraan dengan clientku serta selang beberapa saat saya mendengar nada Nunung. “The Boy From Ipanema.. Untuk Mr. Boy..? ” 


Bhs badan Nunung tunjukkan kalau dia menginginkan tahu di mana saya duduk. Saya melambaikan tanganku serta tersenyum ke arahnya. Tempat dudukku pas dimuka band itu. Jadi, dengan terang Nunung dapat melihatku. Kulihat Nunung membalas senyumku. Dia mulai memainkan keyboardnya. Sembari bermain serta bernyanyi, matanya menatapku. Saya juga menatapnya. Untuk menggodanya, saya mengedipkan mataku. Saya kembali bicara dengan clientku. Tidak lama kudengar nada Nunung menghilang serta bertukar dengan nada penyanyi pria. Kulihat sepintas Nunung tidak terlihat. Tit.. Tit.. Tit.. SMS di HP-ku berbunyi. 


“Nunung. ” terlihat pesan SMS di HP-ku. Wah.. Nunung meresponsku. Selekasnya kutelepon dia. “Hai.. Saya Boy. Kau di mana, Nunung? ”“Hi Boy. Saya di belakang. Ke kamar mandi. Mengapa menginginkan tahu HP-ku? ”“Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy.. Sesexy penampilanmu” kataku selalu jelas. Kudengar tawa enteng dari Nunung. “Rayuan ala Boy, nih? ”“Lho.. Bukanlah rayuan kok. Namun pujian yang layak buatmu yang memanglah sexy.. Oh ya, pulang dari cafe jam berapakah? Saya antar pulang ya? ”“Jam 24. 00. Bisa. Namun kulihat kau dengan rekanmu? ”“Oh.. dia clientku. Sebentar sekali lagi dia pulang kok. Saya cuma mengantarnya hingga parkir mobil. Bagaimana? ”“Okay.. Saya tunggulah ya. ”“Okay.. See you soon, sexy.. ” 


Saya meneruskan sebentar pembicaraan dengan client serta lalu mengantarkannya ke tempat parkir mobil. Sesudah clientku pulang saya kembali pada cafe. Saat masih tetap tunjukkan jam 23. 30. Masih tetap 30 menit sekali lagi. Saya kembali duduk serta pesan hot tea. 30 menit saya butuhkan dengan melihat Nunung yang menyanyi. Mataku selalu memandang matanya sembari kadang-kadang saya tersenyum. Kulihat Nunung dengan yakin diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik sampai membuatku menginginkan mencumbunya. 

Dalam perjalanan mengantarkan Nunung pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam mobil dingin sekali. Nunung tampak menggigil.


“Boy, AC-nya dikecilin yah?” tangan Nunung sambil meraih tombol AC untuk menaikkan suhu. Tanganku segera menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.“Jangan.. Udah dekat rumahmu kan? Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan, aku tidak tahan..” alasanku.


Aku memang ingin membuat Nunung kedinginan. Kulihat Nunung bisa mengerti. Tangan kiriku masih memegang tangannya. Kuusap perlahan. Nunung diam saja.


“Kugosok ya.. Biar hangat..” kataku datar. Aku memberinya stimuli ringan. Felica tersenyum. Dia tidak menolak.“Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, kamu suka jazz juga ya?”“Hampir semua musik aku suka. Oh ya, baru kali ini aku melihat penyanyi jazz wanita yang bisa bermain keyboard. Mainmu asyik lagi.”“Haha.. Ini malam pertama aku main keyboard sambil menyanyi.”“Oh ya? Tapi tidak terlihat canggung. Oh ya, kudengar tadi mainmu banyak memakai scale altered dominant ya?” aku kemudian memainkan tangan kiriku di tangannya seolah-olah aku bermain piano.“What a Boy! Kamu tahu jazz scale juga? Kamu bisa main piano yah?” Nunung tampak terkejut. Mukanya terlihat penasaran.“Yah, dulu main klasik. Lalu tertarik jazz. Belum mahir kok.” Aku berhenti di depan rumah Nunung.“Tinggal dengan siapa?” tanyaku ketika kami masuk ke rumahnya. Ya, aku menerima ajakannya untuk masuk sebentar walaupun ini sudah hampir jam 1 pagi.“Aku kontrak rumah ini dengan beberapa temanku sesama penyanyi cafe. Lainnya belum pulang semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya.”


Nunung masuk kamarnya untuk mengganti baju. Aku tidak mendengar suara pintu kamar dikunci. Wah, kebetulan. Atau Nunung memang memancingku? Aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya. Benar! Nunung berdiri hanya dengan bra dan celana dalam. Di tangannya ada sebuah kaos. Kukira Nunung akan berteriak terkejut atau marah. Ternyata tidak. Dengan santai dia tersenyum.


“Maaf.. Aku mau tanya kamar mandi dimana?” tanyaku mencari alasan. Justru aku yang gugup melihat pemandangan indah di depanku.“Di kamarku ada kamar mandinya kok. Masuk aja.”


Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya aku melihat ada sebuah keyboard. Aku tidak jadi ke kamar mandi malah memainkan keyboardnya. Aku memainkan lagu “Body and Soul” sambil menyanyi lembut. Suaraku biasa saja juga permainanku. Tapi aku yakin Nunung akan tertarik. Beberapa kali aku membuat kesalahan yang kusengaja. Aku ingin melihat reaksi Nunung.


“Salah tuh mainnya.” komentar Nunung. Dia ikut bernyanyi.“Ajarin dong..” kataku.


Dengan segera Nunung mengajariku memainkan keyboardnya. Aku duduk sedangkan Nunung berdiri membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di leherku. Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Nunung saling bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri. Aku ditolak.


“Katanya mau ke kamar mandi?” tanyannya sambil tersenyum. Oh ya.. Aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.“Oh ya..” aku berdiri.


Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi!


“Eh.. Eh, apa-apaan ini?” Nunung terkejut. Aku tertawa saja.


Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air! Biarlah. Kalau mau marah ya aku terima saja. Yang jelas aku terus berusaha mendapatkannya. Ternyata Nunung malah tertawa. Dia membalas menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya!


Nunung membalas ciumanku. Bibir kami saling memagut. Sungguh nikmat bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibir kami saling berlomba memberikan kehangatan. Tanganku merain kaosnya dan membukanya. Kemudian bra dan celana pendeknya. Sementara Nunung juga membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal hanya memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba, meremas lembut dan merangsang payudaranya. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan pantatnya. Dari pantatnya aku bisa meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya dengan jariku.


“Agh..” kudengar rintihan Nunung. Nafasnya mulai memburu. Suaranya sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku merasakan penisku ereksi.“Egh..” aku menahan nafas ketika kurasakan tangan Nunung menggenggam batang penisku dan meremasnya.


Tak lama dia mengocok penisku hingga membuatku makin terangsang. Tubuh Nunung kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup sulit bercinta di kamar mandi. Licin dan tidak bisa berbaring. Sewaktu Nunung duduk, aku hanya bisa merangsang payudara dan mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak bisa kuraih. Nunung tidak mau duduk. Dia berdiri lagi dan menciumi puting dadaku!


Ternyata enak juga rasanya. Baru kali ini putingku dicium dan dijilat. Nunung cukup aktif. Tangannya tak pernah melepas penisku. Terus dikocok dan diremasnya. Sambil melakukannya, badannya bergoyang-goyang seakan-akan dia sedang menari dan menikmati musik. Merasa terganggu dengan celana dalam, aku melepasnya dan juga melepas celana dalam Nunung. Kami bercumbu kembali. Lidahku menekan lidahnya. Kami saling menjilat dan menghisap.


Rintihan kecil dan desahan nafas kami saling bergantian membuat alunan musik birahi di kamar mandi. Suhu yang dingin membuat kami saling merapat mencari kehangatan. Ada sensasi yang berbeda bercinta ketika dalam keadaan basah. Waktu bercumbu, ada rasa ‘air’ yang membuat ciuman berbeda rasanya dari biasanya.


Aku menyalakan shower dan kemudian di bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan saling merangsang. Aliran air yang membasahi rambut, wajah dan seluruh tubuh, membuat tubuh kami makin panas. Makin bergairah. Kedua tanganku meraih pantatnya dan kuremas agak keras, sementara bibirku melumat makin ganas bibir Nunung. Sesekali Nunung menggigit bibirku. Perlahan tanganku merayap naik sambil memijat ringan pinggang, punggung dan bahu Nunung. Dari bahasa tubuhnya, Nunung sangat menikmati pijatanku.


“Ogh.. Its nice, Boy.. Och..” Nunung mengerang.


Lidahku mulai menjilati telinganya. Nunung menggelinjang geli. Tangannya ikut meremas pantatku. Aku merasakan payudara Nunung makin tegang. Payudara dan putingnya terlihat begitu seksi. Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.


“Payudaramu seksi sekali, Nunung.. Ingin kumakan rasanya..” candaku sambil tertawa ringan. Nunung memainkan bola matanya dengan genit.“Makan aja kalo suka..” bisiknya di telingaku.“Enak lho..” sambungnya sambil menjilat telingaku. Ugh.. Darahku berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Aku menjilatnya persis di ujung putingnya.“Ergh..” desah Nunung. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya mengerang.


Mulai dari ujung lidah sampai akhirnya dengan seluruh lidahku, aku menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya dengan lembut, agak kuat dan akhirnya kuat. Tak lama kemudian Nunung kemudian membuka kakinya dan membimbing penisku memasuki vaginanya.


“Ough.. Enak.. Ayo, Boy” Nunung memintaku mulai beraksi.


Penisku perlahan menembus vaginanya. Aku mulai mengocoknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling melumat. Aku berusaha keras membuatnya merasakan kenikmatan. Nunung dengan terampil mengikuti tempo kocokanku. Kamu bekerja sama dengan harmonis saling memberi dan mendapatkan kenikmatan. Vaginanya masih rapat sekali. Mirip dengan Ria. Apakah begini rasanya perawan? Entahlah. Aku belum pernah bercinta dengan perawan, kecuali dengan Ria yang selaput daranya tembus oleh jari pacarnya.


“Agh.. Agh..” Nunung mengerang keras. Lama kelamaan suaranya makin keras.“Come on, Boy.. Fuck me..” ceracaunya.


Rupanya Nunung adalah tipe wanita yang bersuara keras ketika bercinta. Bagiku menyenangkan juga mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku makin cepat. Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami. Nunung menungging dan aku ‘menyerangnya’ dari belakang. Doggy style. Kulihat payudara Nunung sedikit terayun-ayun. Seksi sekali. Dengan usil jariku meraba anusnya, kemudian memasukkan jariku.


“Hey.. Perih tau!” teriak Nunung. Aku tertawa.“Sorry.. Kupikir enak rasanya..” Aku menghentikan memasukkan jari ke anusnya tetapi tetap bermain-main di sekitar anusnya hingga membuatnya geli.


Cukup lama kami berpacu dalam birahi. Aku merasakan saat-saat orgasmeku hampir tiba. Aku berusaha keras mengatur ritme dan nafasku.


“Aku mau nyampe, Nunung..”“Keluarin di dalam aja. Udah lama aku tidak merasakan semburan cairan pria” Aku agak terhenti. Gila, keluarin di dalam. Kalau hamil gimana, pikirku.“Aman, Boy. Aku ada obat anti hamil kok..” Nunung meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bodoh ah. Dia yang menjamin, kan? Kukocok lagi dengan gencar. Nunung berteriak makin keras.“Yes.. Aku juga hampir sampe, Boy.. come on.. come on.. oh yeah..”


Saat-saat itu makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..


“Aku orgasme. Sesaat kemudian kurasakan tubuh Nunung makin bergetar hebat. Aku berusaha keras menahan ereksiku. Tubuhku terkejang-kejang mengalami puncak kenikmatan.“Aarrgghh.. Yeeaahh..” Nunung menyusulku orgasme.


Dia menjerit kuat sekali kemudian membalikkan badannya dan memelukku. Kami kemudian bercumbu lagi. Saatnya after orgasm service. Tanganku memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan mencumbu hidung, pipi, leher, payudara dan kemudian perutnya. Aku membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian kuangkat dia. Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Nunung tersenyum puas. Matanya berbinar-binar.


“Thanks Boy.. Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu berhasil memuaskanku..”


Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berusaha melayani setiap wanita yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya.


Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu!! Seorang wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.


“Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Nunung. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar mandi..” kata wanita itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Nunung tertawa.“Kenalin, dia Gladys. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.“Hi Gladys..” sapaku.


Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek Nunung dan memakainya. Gladys masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku harus pulang.







Related Posts

Cerita ngeseks ku Baru kali ini putingku dicium dan dijilat
4/ 5
Oleh