Himpunan Narasi Sex Dewasa Paling baru, Terpanas, Termesum serta Komplit Nafsu Birahi yg Kutuntaskan Dengan Wanita Keturunan Cina
kesempatan ini saya menginginkan menceritakan mengenai pengalaman yang saya alami 3 th. waktu lalu, terlebih dulu, perkenalkan Namaku Sony, datang dari lokasi Timur Indonesia, tinggal di Surabaya. Isteriku Lia yang terpaut lima th. dariku sudah di panggil menghadap hadirat penciptanya. Tinggal saya seseorang diri dengan dua orang anak yang masih tetap memerlukan perhatian penuh.
Saya mesti jadi bapak sekalian ibu buat mereka. Bukanlah hal yang gampang. Beberapa rekan merekomendasikan untuk menikah sekali lagi supaya anak-anak peroleh ibu baru. Saran yang bagus, namun saya tidak mau anak-anak memperoleh seseorang ibu tiri yg tidak menyayangi mereka. Karenanya saya begitu hati-hati.
Hadirnya anak2 terang adalah hiburan yang tidak tergantikan. Sinta saat ini berumur 10 th. serta jeremy adiknya berumur enam th.. Anak-anak yang lucu serta pandai ini begitu isi kekosonganku. Tetapi bila anak-anak sekali lagi berkumpul dengan beberapa rekannya, kesepian itu selalu menggoda. Saat hari sudah tengah malam serta anak-anak telah tidur, kesepian itu makin menyiksa.
Searah dengan itu, nafsu birahi ku yang termasuk besar itu meledak-ledak perlu penyaluran. Sebagian rekan mengajakku mencari wanita panggilan namun saya tidak berani. Kemungkinan terserang penyakit mengendurkan niatku. Sangat terpaksa saya bermasturbasi. Sebentar saya terasa lega, namun setelah itu hasrat untuk menekuni tubuh seseorang wanita senantiasa keluar di kepalaku.
Tidak merasa 3 bln. sudah berlalu. Perlahan saya mulai menyimpan perhatian ke wanita-wanita beda. Sebagian rekan kerja di kantor yang masih tetap lajang nampaknya buka kesempatan. Tetapi saya lebih sukai mempunyai mereka jadi rekan. Karenanya tak ada kemauan untuk membina jalinan serius. Di waktu hasrat untuk nikmati tubuh seseorang wanita makin bertambah, peluang itu datang dengan sendirinya.
Senja itu di hari Jumat, saya pulang kerja. Sepeda motorku enjoy saja kularikan di selama Jalan Darmo. Maklum telah mulai gelap serta saya tidak tergesa-gesa. Dimuka hotel Mirama kulihat seseorang wanita kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok. Kendaraan-kendaraan beda melaju lewat, tak ada orang yang perduli. Ia melihat ke kiri serta ke kanan, tidak paham apa yang akan dikerjakan. Rupanya mencari pertolongan. Saya mendekat.
“Ada yang dapat saya bantu, Mbak? ” tanyaku sopan.
Ia terperanjat serta menatapku agak berprasangka buruk. Saya mengertinya. Belakangan ini banyak kejahatan berkedok tawaran pertolongan sesuai sama itu.
“Tak usah takut, Mbak”, kataku. ”Namaku Sony. Bisa saya saksikan mesinnya? ”
Meskipun agak enggan ia mengatakan terima kasih serta buka kap mesinnya. Nyatanya cuma problema penyumbatan slang bensin. Saya membetulkannya serta mesin dihidupkan sekali lagi. Ia menginginkan membayar namun saya menampik. Peristiwa itu berlalu demikian saja. Tidak kuduga hari selanjutnya saya berjumpa sekali lagi dengannya di Tunjungan Plaza. Saya tengah temani anak-anak jalan-jalan saat ia menyapaku. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis pada keduanya.
“Sekali sekali lagi terima kasih untuk pertolongan tempo hari sore”, tuturnya, ”Namaku Linda. Maaf, tempo hari tidak pernah berteman selanjutnya. ”
“Aku Sony”, sahutku sopan.
Mesti kuakui, mataku mulai mencuri-curi pandang ke semua tubuhnya. Wanita itu terang turunan Cina. Kontras dengan baju kantor tempo hari, ia benar-benar menarik dalam baju santainya. Ia kenakan celana jeans biru agak ketat, dipadukan dengan kaos putih berlengan pendek serta leher rendah. Bajunya itu terang menghadirkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yang ranum memiliki ukuran kurang lebih 38 menonjol dengan jujurnya, dipadukan oleh pinggang yang ramping. Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan pantat yang besar.
“Kok bengong”, tuturnya tersenyum-senyum, ”Ayo minum disana”, ajaknya.
Seperti kerbau dicocok hidungnya saya menurut saja. Ia menggandeng ke-2 anakku mendahului. Keduanya terlihat ceria dibelikan es cream, suatu hal yang tidak sempat kulakukan. Kami duduk di meja paling dekat sembari memerhatikan beberapa orang yang lewat.
“Ibunya anak-anak tidak turut? ” tanyanya.
Saya tidak menjawab. Saya melirik ke ke-2 anakku, Anita serta Marko. Anita menunduk hindari air mata.
“Ibu telah di surga, Tante”, kata Marko polos. Ia memandangku.
“Isteriku telah meninggal”, kataku. Hening sesaat.
“Maaf”, tuturnya, ”Aku tidak punya maksud mencari tahu”, lanjutnya dengan rasa bersalah.
Pokok perbincangan berpindah ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dsb. Pada akhirnya saya tahu bila ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yang mengelola sebagian toko baju. Saya juga pada akhirnya tahu bila ia berumur 32 th. serta sudah menjanda sepanjang satu 1/2 th. tanpa ada anak.
Sepanjang perbincangan itu susah mataku lepas dari bongkahan dadanya yang menonjol padat. Menariknya, seringkali ia menggerak-gerakkan tubuhnya hingga buah dadanya itu bisa lebih menonjol serta terlihat terang memiliki bentuk. Sekian kali saya menelan air liur memikirkan enaknya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.
“Nggak berfikir menikah sekali lagi? ” tanyaku.
“Rasanya tidak ada yang ingin sama aku”, sahutnya.
“Ah, Masak! ” sahutku, ”Aku ingin kok, bila di beri kesempatan”, lanjutku sedikit nakal serta membulatkan tekad. ”Kamu masih tetap cantik serta menarik. Seksi sekali lagi. ”
“Ah, Sony dapat aja”, tuturnya tersipu-sipu sembari menepuk tanganku. Namun terlihat benar ia suka dengan ucapanku.
Tidak merasa nyaris dua jam kami duduk bercakap. Pada akhirnya anak-anak menekan minta pulang. Linda, wanita Cina itu, memberi alamat tempat tinggal, nomor telepon serta HP-nya. Saat akan beranjak meninggalkannya ia berbisik,
“Saya menanti Sony dirumah. ”
Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yang ingin menampik peluang ada dengan wanita semanis serta seseksi Linda. Saya mengangguk sembari mengedipkan mata. Ia membalasnya dengan kedipan mata juga. Ini peluang emas. Terlebih sore itu Anita serta Marko akan dijemput kakek serta neneknya serta menginap disana.
“OK. Malam kelak saya main ke rumah”, bisikku juga, “Jam tujuh saya telah disana. ” Ia tersenyum-senyum manis.
Sore itu setelah anak-anak dijemput kakek serta neneknya, saya bersihkan sepeda motorku lantas mandi. Sembari mandi imajinasi seksualku mulai keluar. Bagaimana tampang Linda tanpa ada baju? Tentu indah sekali tubuhnya yang bugil. Serta tentu sangat nikmat menekuni serta menyetubuhi tubuh semontok serta selembut itu. Terlebih saya sebenarnya telah lama menginginkan nikmati tubuh seseorang wanita Cina.
Namun apakah ia ingin menerimaku? Terlebih saya bukanlah orang Cina. Dari lokasi Timur Indonesia sekali lagi. Kulitku agak gelap dengan rambut yang ikal. Namun.. Perduli sangat. Toh ia yang mengundangku. Apabila saya di beri peluang, akan tidak kusia-siakan. Bila toh ia cuma mengungkap terima kasih atas pertolongaku tempo hari, yah tidak apalah. Saya tersenyum sendiri.
Jam tujuh lewat lima menit saya sukses temukan tempat tinggalnya di lokasi Margorejo itu. Tempat tinggal yang indah serta elegan untuk ukuranku, berlantai dua dengan lampu depan yang buram. Kupencet bel 2 x. Selang satu menit seseorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu rumah tangga.
“Pak Sony? ” ia ajukan pertanyaan, “Silahkan, Pak. Bu Linda menanti di dalam”, lanjutnya sekali lagi.
Saya ikuti langkahnya serta dipersilahkan duduk di ruangan tamu serta iapun menghilang kedalam. Selang semenit, Linda keluar. Ia kenakan pakaian serta celana enjoy dibawah lutut. Saya berdiri menyambutnya.
“Selamat datang ke rumahku”, tuturnya.
Ia mengembangkan tangannya dan aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat di pipiku. Ini ciuman pertama seorang wanita ke pipiku sejak kematian isteriku. Aku berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yang empuk. Mulutku seakan terkunci. Beberapa saat bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang menghantar minuman.
“Silahkan diminum, Pak”, katanya sopan, “Aku juga sekalian pamit, Bu”, katanya kepada Linda.
“Makan sudah siap, Bu. Saya datang lagi besok jam sepuluh.”
“Biar masuk sore aja, Bu”, kata Linda, “Aku di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an.”
Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.
“Ayo minum. Santai aja, aku mandi dulu”, katanya sambil menepuk pahaku.
Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi. Di saat itu kuperhatikan. Pakaian santai yang dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk tubuhnya. Buah dadanya yang montok itu menonjol ke depan laksana gunung. Pantatnya yang besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak jalannya. Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yang indah.
“Santai saja, anggap di rumah sendiri”, lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.
Dua puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia muncul, Linda membuatku terkesima. Rambutnya yang panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.
Tetapi yang membuat mataku membelalak ialah bahan pakaian itu tipis, sehingga pakaian dalamnya jelas kelihatan. BH merah kecil yang dikenakannya menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yang indah. Celana dalam merah jelas memberikan bentuk pantatnya yang besar bergelantungan. Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahi ku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.
“Aku tahu, Sony suka”, katanya sambil duduk di sampingku, “Siang tadi di TP (Tunjungan Plaza) aku lihat mata Sony tak pernah lepas dari buah dadaku. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita.”
Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku merengkuh tubuh montok itu ketat ke dalam pelukanku. Tangaku mulai bergerilya di balik baju tidurnya mencari-cari buah dadanya yang montok itu. Ia menggeliat-geliat agar tanganku lebih leluasa bergerak sambil mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dengan lidahnya.
Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yang kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak.
Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya. Ia mengaduh pendek tetapi segera bungkam oleh permainan lidahku. Kurasakan badannya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yang semakin meningkat.
Tangannyapun menerobos celana dalamku dan tangan lembut itu menggenggam batang kemaluan yang kubanggakan itu. Kemaluanku tergolong besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dengan diameter sekitar 4 cm. Senjata kebanggaanku inilah yang pernah menjadi kesukaan dan kebanggaan isteriku. Aku yakin senjataku ini akan menjadi kesukaan Linda. Ia pasti akan ketagihan.
“Au.. Besarnya”, kata Linda sambil mengelus lembut kemaluanku.
Elusan lembut jari-jarinya itu membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras. Aku mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan itu melepaskan bajuku. Segera setelah lepas bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tangannya kembali menerobos celanaku dan menggenggam kemaluanku yang semakin berdenyut-denyut. Aku pun bergerak melepaskan pakaian tidurnya. Rasanya seperti bermimpi, seorang wanita Cina yang cantik dan seksi duduk di pahaku hanya dengan celana dalam dan BH.
“Ayo ke kamar”, bisiknya, “Kita tuntaskan di sana.”
Aku bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong. Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalam pelukanku. Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat. Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku. Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh itu ke ranjang yang lebar dan empuk. Aku menariknya berdiri dan mulai melepaskan BH dan celana dalamnya.
Ia membiarkan aku melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak sipit seperti umumnya orang Cina. Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya.
Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.
“Ngapain hanya lihat tok,” protesnya.
“Aku kagum akan keindahan tubuhmu”, sahutku.
“Semuanya ini milikmu”, katanya sambil merentangkan tangan dan mendekatiku.
Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku. Tangannya lincah melepaskan celanaku. Celana dalamku segera dipelorotnya. Kemaluanku yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu. Kurasakan sensai yang luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalam mulutnya. Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.
Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aku menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu. Buah dadanya juga mengeras diiringi deburan jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku menuruni perutnya. Ia menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Aku menjilati perutnya yang rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.
“Auu..” erangnya, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras.
Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat itu membuka, menampakkan lubang surgawinya yang telah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu. Kudekatkan mulutku ke lubang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang telah basah membanjir itu. Ia menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku sehingga lidahku lebih dalam terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.
“Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras.
Aku tahu tidak ada sesuatu pun yang bakalan menghalangiku menikmati dan menyetubuhi si canting bahenon nan seksi ini. Tapi aku tak ingin menikmatinya sebagai orang rakus. Sedikit demi sedikit tetapi sangat nikmat. Aku terus mempermainkan klitorisnya dengan lidahku. Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ia melolong keras.
Pada saat itu kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah mencapai orgasme yang pertama. Aku berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya. Sesudah itu mulailah aku menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu. Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahi nya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku telah tegak sekeras beton. Ia meremasnya. Aku menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian.
Kudorong tubuh bahenon nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yang terserak. Mulutnya terus menggumam tidak jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan pantatku. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang seperti kepinding.
“Cepat.. Cepat.. Aku sudah nggak tahan!” jeritnya.
Kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Dan.. BLESS!
Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah malam. Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Aku berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi pantatku sehingga kemaluanku yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang surgawi miliknya.
Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar lebih dalam menerima diriku. Sejenak aku diam menikmati sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar biasa.
Dinding-dinding lubang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Pantatnya yang bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di kemaluannya. Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat.
Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dengan kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dengan lidahnya.
“OH..”, erangnya, “Lebih keras sayang, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!”
Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dengan gerakan pantatku. Di saat itulah kurasakan gejala ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagu aku akan orgasme.
“Aku mau keluar, Linda”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.
“Aku juga”, sahutnya, “Di dalam sayang. Keluarkan di dalam. Aku ingin kamu di dalam.”
Kupercepat gerakan pantatku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kemaluanku membenam sedalam-dalamnya. Spermaku memancar deras. Ia pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima diriku sedalam-dalamnya.
Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia pun mencapai puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya. Inilah orgasmeku yang pertama di dalam kemaluan seorang wanita sejak kematian isteriku. Dan ternyata wanita itu adalah Linda yang cantik bahenol dan seksi.
Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan-lahan aku mengangkat tubuhku. Aku memandangi wajahnya yang berbinar karena birahi nya telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.
“Sony, kamu hebat sekali, sayang”, katanya, “Sudah lebih dari setahun aku tidak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini.”
“Linda juga luar biasa”, sahutku, “Aku sungguh puas dan bangga bisa menikmati tubuhmu yang menawan ini. Linda tidak menyesal bersetubuh denganku?”
“Tidak”, katanya, “Aku malah berbangga bisa menjadi wanita pertama sesudah kematian isterimu. Mau kan kamu memuaskan aku lagi nanti?”
“Tentu saja mau”, kataku, “Bodoh kalau nolak rejeki ini.” Ia tertawa.
“Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aku,” lanjutnya, “Tapi kalau aku yang pingin, boleh kan aku nelpon?”
“Tentu.. Tentu..”, balasku cepat.
“Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aku kapan saja. Tinggal kabarkan”, katanya.
Hatiku bersorak ria. Aku mencabut kemaluanku dan rebah di sampingnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan.
Malam itu hingga hari Minggu siang sungguh tidak terlupakan. Kami terus berpacu dalam birahi untuk memuaskan nafsu. Aku menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalam berbagai posisi. Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi .
Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dengan aneka pertemuan lain. Kadang-kadang kami mencari hotel tetapi terbanyak di rumahnya. Sesekali ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dengan permainan birahi yang panas dan menggairahkan.
Satu malam di kamar tidurnya. Setelah beberapa kali orgasme iseng aku menggodanya.
“Linda”, kataku, “Betapa beruntungnya aku yang berkulit gelap ini bisa menikmati tubuhmu bahenol, seksi, putih dan mulus seorang wanita Cina.” kataku, disambut dengan tawa cerianya.
Nafsu Birahi yg Kutuntaskan Dengan Wanita Keturunan Cina
4/
5
Oleh
Unknown