Jumat, 15 September 2017

Nafsu Membara Penyanyi Seksi kudengar rintihan Felicia

  Nafsu Membara Penyanyi Seksi kudengar rintihan Felicia Malam itu saya dinner dengan clientku di satu cafe. Satu band tampak menghibur pengunjung cafe dengan musik jazz. Lagu “I’m Old Fashioned” dimainkan dengan cukup baik. Saya memerhatikan sang penyanyi. Seseorang gadis berumur kurang lebih 26 th.. Suaranya benar-benar sangat jazzy. Gadis ini berwajah tidaklah terlalu cantik. Tingginya lebih kurang 160 cm/55 kg. Badannya padat diisi. Ukuran payudaranya sekitaran 36B. Keunggulannya yaitu lesung pipitnya. Senyumnya manis serta matanya berbinar indah. Cukup seksi. Terlebih suaranya. Buat telingaku fresh. 

 Nafsu Membara Penyanyi Seksi kudengar rintihan Felicia

“Para pengunjung sekalian.. Malam hari ini saya, Felicia dengan band juga akan temani anda semuanya. Bila ada yang menginginkan bernyanyi dengan saya, mari.. saya persilakan. Atau bila menginginkan request lagu.. silakan”. 


Penyanyi yang nyatanya bernama Felicia itu mulai menegur pengunjung Cafe. Saya cuma tertarik mendengar suaranya. Pembicaraan dengan client mengambil alih perhatianku. Hingga lalu telingaku menangkap perubahan langkah bermain dari sang keyboardist. Saya lihat ke arah band itu serta lihat Felicia nyatanya bermain keyboard juga. 


Felicia bermain solo keyboard sembari menyanyikan lagu “All of Me”. Lagu Jazz yang begitu simpel. Saya nikmati semuanya type musik serta berupaya tahu semuanya type musik. Termasuk juga jazz yang memanglah ‘brain music’. Musik cerdas yang buat otakku berfikir tiap-tiap mendengarnya. Felicia nyatanya bermain begitu aman. Saya terkesima temukan seseorang penyanyi cafe yang dapat bermain keyboard dengan baik. Mendadak saya jadi begitu tertarik dengan Felicia. Saya menuliskan request laguku serta memberinya lewat pelayan cafe itu.  


“The Boy From Ipanema, please.. And your cellular number. 081xx. From Boy. ”, tulisku di kertas request sekalian menuliskan nomor HP-ku. Saya meneruskan pembicaraan dengan clientku serta selang beberapa saat saya mendengar nada Felicia. “The Boy From Ipanema.. Untuk Mr. Boy..? ” 


Bhs badan Felicia tunjukkan kalau dia menginginkan tahu di mana saya duduk. Saya melambaikan tanganku serta tersenyum ke arahnya. Tempat dudukku pas dimuka band itu. Jadi, dengan terang Felicia dapat melihatku. Kulihat Felicia membalas senyumku. Dia mulai memainkan keyboardnya. Sembari bermain serta bernyanyi, matanya menatapku. Saya juga menatapnya. Untuk menggodanya, saya mengedipkan mataku. Saya kembali bicara dengan clientku. Tidak lama kudengar nada Felicia menghilang serta bertukar dengan nada penyanyi pria. Kulihat sepintas Felicia tidak terlihat. Tit.. Tit.. Tit.. SMS di HP-ku berbunyi. 


“Felicia. ” terlihat pesan SMS di HP-ku. Wah.. Felicia meresponsku. Selekasnya kutelepon dia. “Hai.. Saya Boy. Kau di mana, Felicia? ”“Hi Boy. Saya di belakang. Ke kamar mandi. Mengapa menginginkan tahu HP-ku? ”“Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy.. Sesexy penampilanmu” kataku selalu jelas. Kudengar tawa enteng dari Felicia. “Rayuan ala Boy, nih? ”“Lho.. Bukanlah rayuan kok. Namun pujian yang layak buatmu yang memanglah sexy.. Oh ya, pulang dari cafe jam berapakah? Saya antar pulang ya? ”“Jam 24. 00. Bisa. Namun kulihat kau dengan rekanmu? ”“Oh.. dia clientku. Sebentar sekali lagi dia pulang kok. Saya cuma mengantarnya hingga parkir mobil. Bagaimana? ”“Okay.. Saya tunggulah ya. ”“Okay.. See you soon, sexy.. ” 


Saya meneruskan sebentar pembicaraan dengan client serta lalu mengantarkannya ke tempat parkir mobil. Sesudah clientku pulang saya kembali pada cafe. Saat masih tetap tunjukkan jam 23. 30. Masih tetap 30 menit sekali lagi. Saya kembali duduk serta pesan hot tea. 30 menit saya butuhkan dengan melihat Felicia yang menyanyi. Mataku selalu memandang matanya sembari kadang-kadang saya tersenyum. Kulihat Felicia dengan yakin diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik sampai membuatku menginginkan mencumbunya. 


Dalam perjalanan mengantarkan Felicia pulang, saya berniat menyalakan AC mobil cukup besar hingga suhu dalam mobil dingin sekali. Felicia terlihat menggigil. 


“Boy, AC-nya dikecilin yah? ” tangan Felicia sembari mencapai tombol AC untuk menambah suhu. Tanganku selekasnya menahan tangannya. Peluang untuk memegang tangannya. “Jangan.. Telah dekat rumahmu kan? Saya tidak tahan panas. Suhu segini saya baru dapat. Bila anda naikkan, saya tidak tahan.. ” argumenku. 


Saya memanglah menginginkan buat Felicia kedinginan. Kulihat Felicia dapat tahu. Tangan kiriku masih tetap memegang tangannya. Kuusap perlahan-lahan. Felicia diam saja. 


“Kugosok ya.. Agar hangat.. ” kataku datar. Saya memberikannya stimuli enteng. Felica tersenyum. Dia tidak menampik. “Ya.. Bisa. Habis dingin banget. Oh ya, anda sukai jazz juga ya? ”“Hampir semuanya musik saya sukai. Oh ya, baru kesempatan ini saya lihat penyanyi jazz wanita yang dapat bermain keyboard. Mainmu asik sekali lagi. ”“Haha.. Ini malam pertama saya main keyboard sembari menyanyi. ”“Oh ya? Namun tidak tampak canggung. Oh ya, kudengar barusan mainmu banyak menggunakan scale altered dominant ya? ” saya lalu memainkan tangan kiriku di tangannya seakan-akan saya bermain piano. “What a Boy! Kamu paham.kamu mengerti jazz scale juga? Anda dapat main piano yah? ” Felicia terlihat terperanjat. Mukanya tampak penasaran. “Yah, dahulu main classic. Lantas tertarik jazz. Belum juga mahir kok. ” Saya berhenti dimuka tempat tinggal Felicia. “Tinggal dengan siapa? ” tanyaku saat kami masuk ke tempat tinggalnya. Ya, saya terima ajakannya untuk masuk sebentar meskipun ini telah nyaris jam 1 pagi. “Aku kontrak tempat tinggal ini dengan sebagian rekanku sesama penyanyi cafe. Yang lain belum juga pulang semuanya. Mungkin saja sekalian kencan dengan pacarnya. ” 


Felicia masuk kamarnya untuk ganti baju. Saya tidak mendengar nada pintu kamar dikunci. Wah, kebetulan. Atau Felicia memanglah memancingku? Saya selekasnya berdiri serta nekat buka pintu kamarnya. Benar! Felicia berdiri cuma dengan bra serta celana dalam. Di tangannya ada satu kaos. Kukira Felicia juga akan berteriak terperanjat atau geram. Nyatanya tidak. Dengan enjoy dia tersenyum. 


“Maaf.. Saya ingin bertanya kamar mandi di mana? ” tanyaku mencari argumen. Malah saya yang gugup lihat panorama indah di depanku. “Di kamarku ada kamar mandinya kok. Masuk saja. ” 


Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya saya lihat ada satu keyboard. Saya tidak jadi ke kamar mandi jadi memainkan keyboardnya. Saya memainkan lagu “Body and Soul” sembari menyanyi lembut. Suaraku umum saja juga permainanku. Namun saya percaya Felicia juga akan tertarik. Sekian kali saya buat kekeliruan yang kusengaja. Saya menginginkan lihat reaksi Felicia.


“Salah tuh mainnya.” komentar Felicia. Dia ikut bernyanyi.“Ajarin dong..” kataku.


Dengan segera Felicia mengajariku memainkan keyboardnya. Aku duduk sedangkan Felicia berdiri membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di leherku. Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Felicia saling bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri. Aku ditolak.


“Katanya mau ke kamar mandi?” tanyannya sambil tersenyum. Oh ya.. Aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.“Oh ya..” aku berdiri.


Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi!


“Eh.. Eh, apa-apaan ini?” Felicia terkejut. Aku tertawa saja.


Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air! Biarlah. Kalau mau marah ya aku terima saja. Yang jelas aku terus berusaha mendapatkannya. Ternyata Felicia malah tertawa. Dia membalas menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya!


Felicia membalas ciumanku. Bibir kami saling memagut. Sungguh nikmat bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibir kami saling berlomba memberikan kehangatan. Tanganku merain kaosnya dan membukanya. Kemudian bra dan celana pendeknya. Sementara Felicia juga membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal hanya memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba, meremas lembut dan merangsang payudaranya. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan pantatnya. Dari pantatnya aku bisa meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya dengan jariku.


“Agh..” kudengar rintihan Felicia. Nafasnya mulai memburu. Suaranya sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku merasakan penisku ereksi.“Egh..” aku menahan nafas ketika kurasakan tangan Felicia menggenggam batang penisku dan meremasnya.


Tak lama dia mengocok penisku hingga membuatku makin terangsang. Tubuh Felicia kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup sulit bercinta di kamar mandi. Licin dan tidak bisa berbaring. Sewaktu Felicia duduk, aku hanya bisa merangsang payudara dan mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak bisa kuraih. Felicia tidak mau duduk. Dia berdiri lagi dan menciumi puting dadaku!


Ternyata enak juga rasanya. Baru kali ini putingku dicium dan dijilat. Felicia cukup aktif. Tangannya tak pernah melepas penisku. Terus dikocok dan diremasnya. Sambil melakukannya, badannya bergoyang-goyang seakan-akan dia sedang menari dan menikmati musik. Merasa terganggu dengan celana dalam, aku melepasnya dan juga melepas celana dalam Felicia. Kami bercumbu kembali. Lidahku menekan lidahnya. Kami saling menjilat dan menghisap.


Rintihan kecil dan desahan nafas kami saling bergantian membuat alunan musik birahi di kamar mandi. Suhu yang dingin membuat kami saling merapat mencari kehangatan. Ada sensasi yang berbeda bercinta ketika dalam keadaan basah. Waktu bercumbu, ada rasa ‘air’ yang membuat ciuman berbeda rasanya dari biasanya.


Aku menyalakan shower dan kemudian di bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan saling merangsang. Aliran air yang membasahi rambut, wajah dan seluruh tubuh, membuat tubuh kami makin panas. Makin bergairah. Kedua tanganku meraih pantatnya dan kuremas agak keras, sementara bibirku melumat makin ganas bibir Felicia. Sesekali Felicia menggigit bibirku. Perlahan tanganku merayap naik sambil memijat ringan pinggang, punggung dan bahu Felicia. Dari bahasa tubuhnya, Felicia sangat menikmati pijatanku.


“Ogh.. Its nice, Boy.. Och..” Felicia mengerang.


Lidahku mulai menjilati telinganya. Felicia menggelinjang geli. Tangannya ikut meremas pantatku. Aku merasakan payudara Felicia makin tegang. Payudara dan putingnya terlihat begitu seksi. Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.


“Payudaramu seksi sekali, Felicia.. Ingin kumakan rasanya..” candaku sambil tertawa ringan. Felicia memainkan bola matanya dengan genit.“Makan aja kalo suka..” bisiknya di telingaku.“Enak lho..” sambungnya sambil menjilat telingaku. Ugh.. Darahku berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Aku menjilatnya persis di ujung putingnya.“Ergh..” desah Felicia. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya mengerang.


Mulai dari ujung lidah sampai akhirnya dengan seluruh lidahku, aku menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya dengan lembut, agak kuat dan akhirnya kuat. Tak lama kemudian Felicia kemudian membuka kakinya dan membimbing penisku memasuki vaginanya.


“Ough.. Enak.. Ayo, Boy” Felicia memintaku mulai beraksi.


Penisku perlahan menembus vaginanya. Aku mulai mengocoknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling melumat. Aku berusaha keras membuatnya merasakan kenikmatan. Felicia dengan terampil mengikuti tempo kocokanku. Kamu bekerja sama dengan harmonis saling memberi dan mendapatkan kenikmatan. Vaginanya masih rapat sekali. Mirip dengan Ria. Apakah begini rasanya perawan? Entahlah. Aku belum pernah bercinta dengan perawan, kecuali dengan Ria yang selaput daranya tembus oleh jari pacarnya.


“Agh.. Agh..” Felicia mengerang keras. Lama kelamaan suaranya makin keras.“Come on, Boy.. Fuck me..” ceracaunya.


Rupanya Felicia adalah tipe wanita yang bersuara keras ketika bercinta. Bagiku menyenangkan juga mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku makin cepat. Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami. Felicia menungging dan aku ‘menyerangnya’ dari belakang. Doggy style. Kulihat payudara Felicia sedikit terayun-ayun. Seksi sekali. Dengan usil jariku meraba anusnya, kemudian memasukkan jariku.


“Hey.. Perih tau!” teriak Felicia. Aku tertawa.“Sorry.. Kupikir enak rasanya..” Aku menghentikan memasukkan jari ke anusnya tetapi tetap bermain-main di sekitar anusnya hingga membuatnya geli.


Cukup lama kami berpacu dalam birahi. Aku merasakan saat-saat orgasmeku hampir tiba. Aku berusaha keras mengatur ritme dan nafasku.


“Aku mau nyampe, Felicia..”“Keluarin di dalam aja. Udah lama aku tidak merasakan semburan cairan pria” Aku agak terhenti. Gila, keluarin di dalam. Kalau hamil gimana, pikirku.“Aman, Boy. Aku ada obat anti hamil kok..” Felicia meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bodoh ah. Dia yang menjamin, kan? Kukocok lagi dengan gencar. Felicia berteriak makin keras.“Yes.. Aku juga hampir sampe, Boy.. come on.. come on.. oh yeah..”


Saat-saat itu makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..


“Aku orgasme. Sesaat kemudian kurasakan tubuh Felicia makin bergetar hebat. Aku berusaha keras menahan ereksiku. Tubuhku terkejang-kejang mengalami puncak kenikmatan.“Aarrgghh.. Yeeaahh..” Felicia menyusulku orgasme.


Dia menjerit kuat sekali kemudian membalikkan badannya dan memelukku. Kami kemudian bercumbu lagi. Saatnya after orgasm service. Tanganku memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan mencumbu hidung, pipi, leher, payudara dan kemudian perutnya. Aku membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian kuangkat dia. Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Felicia tersenyum puas. Matanya berbinar-binar.


“Thanks Boy.. Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu berhasil memuaskanku..”


Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berusaha melayani setiap wanita yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya.


Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu!! Seorang wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.


“Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Felicia. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar mandi..” kata wanita itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Felicia tertawa.“Kenalin, dia Gladys. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.“Hi Gladys..” sapaku.


Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek Felicia dan memakainya. Gladys masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku harus pulang.

Related Posts

Nafsu Membara Penyanyi Seksi kudengar rintihan Felicia
4/ 5
Oleh