Jumat, 15 September 2017

pinggulnya menyodok vaginaku dari bawah dengan irama harmonis

pinggulnya menyodok vaginaku dari bawah dengan irama harmonis Mulai sejak saya lakukan hubungan sexual yang pertama kalinya dengan Oom Pram, ayah kostku, saya tidak percaya apakah selaput daraku sobek atau tidak. Karna ketika itu saya tidak rasakan sakit serta tidak keluarkan darah. Yang pasti mulai sejak waktu itu seks jadi keperluan biologisku. Repotnya saya tidak bisa penuhi keperluan biologisku ini pada pacarku yang sebangku kuliah, dia begitu alim serta senantiasa membatasi diri dalam berpacaran. 

pinggulnya menyodok vaginaku dari bawah dengan irama harmonis

Pada akhirnya saya makin terlilit dengan ayah kostku yang memiliki ketidaksamaan usia 25 th. (dia berusia 46 th.). Kami lakukan senantiasa pada siang hari, yakni ketika istrinya tengah ada di kantor, serta semuanya rekan kostku tengah kuliah. Telah enam bulan berlalu, tanpa ada satu orang juga yang tahu, cuma mungkin pembantu rumah tangga yang mencium suatu hal di antara kami berdua. 


Oom Pram pintar memainkan sandiwara dalam pergaulan keseharian dirumah. Dia memperlakukanku dengan lumrah, di hadapan rekanan kostku yang beda ataupun di hadapan istrinya. Bila tak ada kuliah serta tempat tinggal kosong (terkecuali pembantu), saya nyaris senantiasa memuaskan keinginanku. Serta untuk keamanan, saya senantiasa memiliki stok kondom di lemariku yang senantiasa terkunci (meskipun pembelian kondom ini senantiasa jadi problem sendiri bagiku, karna saya masih tetap malu untuk beli alat kontrasepsi itu). 


Nani (bukanlah nama sesungguhnya) yaitu rekan karibku yang tinggal sekamar denganku yang sekarang ini tak tahu ada di mana, karna mulai sejak kami lulus sarjana 15 th. waktu lalu, kami tidak sempat terkait sekali lagi, serta gampang mudahan membaca narasi ini sekalian jadi nostalgia dengan. 


Disuatu hari Nani pulang dari kuliah. Seperti umumnya tanpa ada ketuk pintu dia segera masuk ke kamar. Saat itu saya terbangun dari tidurku. Nani segera melepaskan sepatu serta ganti bajunya dengan celana pendek serta t-shirt yang ketat. Dia memanglah terlihat sexy dengan baju itu, buah dadanya terlihat membusung, ditambah berwajah yang cantik, saya percaya banyak pria yang menyenanginya. 


Dia mendadak ambil suatu hal dari tepi bantal yang kupakai, saya terkesiap saat mataku melirik barang yang baru diambilnya. Jantungku nyaris copot rasa-rasanya. “Lin, ini miliki siapa..? ” matanya melotot, mulutnya terbuka penuh kekagetan. Saya tidak bisa menjawab, saya masih tetap coba menentramkan hatiku. Di ujung jarinya masih tetap dipegangnya kondom sisa gunakan yang ujungnya masih tetap diisi cairan putih. 


Memanglah ini kecerobohanku, umumnya setelah mengerjakannya senantiasa kubungkus tissu serta kusimpan di tas atau almari. Namun kesempatan ini saya ketiduran hingga lupa mengamankan benda bernilai itu. “Dengan pacarmu..? ”Aku nyaris mengangguk, namun mulutku bicara beda, “Oom Pram.. ” jawabku pendek. “Oh.., hebat sekali anda, ceritain dong, saya fikir anda alim, benar-benar mati saya tidak nyangka bila anda juga telah pinter. Anda curang, saya senantiasa jujur serta narasi apa yang ada sama anda. Eh tidak taunya pengalamanmu lebih hebat dariku. ” Nani selalu menerocos sembari merebahkan badannya di sampingku. 


“Sudah berapakah kali anda sama Oom Pram..? ”Aku menyadari memprotes serta rasa penasarannya, karna Nani sampai kini senantiasa terbuka denganku. Dia senantiasa bercerita hubungaan sex-nya dengan pacarnya sedetil-detilnya, dari ukuran penis hingga tempat ketika mengerjakannya. Sedang saya sekalipun tidak sempat menceritakannya karna rasa malu, karna kulakukan malah tidak dengan pacarku namun dengan lelaki yang seumur dengan pamanku. 


Mulai sejak waktu tersebut saya mulai bercerita kegiatan sexual kami padanya, saya katakan bagaimana pengalaman pertamaku yang tanpa ada rasa sakit serta tanpa ada darah, bagaimana Oom Pram mengajariku serta menuntunku dengan penuh kesabaran. Serta kuceritakan juga bagaimana induk semangku itu demikian perkasanya diatas ranjang, bahkan juga sekian kali saya alami orgasme lebih dari 1x. Sempat satu kali saya katakan pengalaman yg tidak kulupakan sampai saat ini (saat ini saya telah memiliki dua orang anak yang telah besar-besar), yakni saat kami cuma berdua, saya serta Oom Pram bercinta diatas sofa ruangan tamu. Benar-benar pengalaman yang fantastis. 


Dia duduk bertumpu ke sofa, sedang saya dalam tempat duduk atau lebih persisnya jongkok di pangkuannya menghadap ke arahnya, kelamin kami jadi satu, sama-sama isi, sama-sama menggesek serta menghimpit, menjepit serta menggoyang. Serta hubungan intim kami mengakhiri dengan rintihan panjangku di sudut karpet dibawah meja tamu. Benar-benar pengalaman yang begitu hebat. Hingga saat ini juga saya senantiasa mengkhayalkannya serta memimpikannya. 


Sampai satu waktu Nani menyarankan seuatu yang membuatku termenung. Memanglah awal mulanya sarannya masih tetap berbentuk gurauan, namun belakangan ini ia makin menekankan kemauannya. Bahkan juga sembari bergurau ia meneror juga akan memaparkan kisahku ini ke pacarku. Saya perlu saat satu minggu untuk menimbangnya, saya belum juga ikhlas untuk sharing cinta dengan kawanku ini, namun lama-lama saya tergelitik, terlebih Nani senantiasa membujuk serta mengkhayalkan keindahannya bagaimana bila kami lakukan hubungan seks bertiga. Serta pada akhirnya saya juga menyepakatinya. 


Seperti yang telah kuduga terlebih dulu, Oom Pram tidak keberatan dengan ide ini. Serta dipilihnya saat yang paling pas, yakni saat istrinya tengah berkunjung ke orang tuanya di Jawa Tengah. Serta tempat yang sudah disetujui yaitu di kamar tidurnya bukanlah di kamarku. Kamarnya berada di tempat tinggal induk, tengah kamarku berada di Paviliun yang memanglah disiapkan untuk indekost. 


Sekitaran jam sembilan malam, saat rekan kost beda telah masuk kamar semasing. Saya juga masuk ke kamar Oom Pram tanpa ada satu orang juga yang lihat. Oom Pram yang telah menanti sembari nonton TV di kamar menyambutku dengan dekapan serta ciuman yang hangat. Kuedarkan mataku keliling kamar, satu kamar yang luas, indah serta menarik, kamar yg tidak kalah dengan sweet room di hotel berbintang lima. Berikut pertama kalinya saya lihat kamarnya, diam-diam kukagumi taste istrinya dalam membenahi kamar yang demikian indah serta menarik. 


Sesaat kemudian Nani datang menyusul, tampak kecanggungannya, hilang sifat lincahnya. Kubimbing dia ke arah Oom Pram. Oom Pram memeluk Nani serta mencium pipinya. Kecanggungan dicairkan oleh Oom Pram dengan percakapan enteng serta gurauan kecil. Karna kulihat baik Oom Pram ataupun Nani masih tetap sungkan untuk mengerjakannya, jadi saya juga berinisiatif untuk mengawalinya. 


Kubimbing Oom Pram ke tempat tidurnya yang begitu luas, kucumbu serta kucium dia. Kami berciuman, sama-sama mengelus cukup lama serta birahiku mulai naik saat tangannya meremas dengan lembut buah dadaku. Kulihat Nani masih tetap duduk pasif di ujung tempat tidur memerhatikan kami. Kulepas pelukanku serta kutarik tangan Nani ke arah kami, serta ia selekasnya masuk kedalam rengkuhan Oom Pram.



Walaupun birahiku sudah mulai bangkit, tetapi kugeser posisiku untuk memberi kesempatan pada Nani menikmati ciuman dan belaian Oom Pram. Nani terlihat sangat bernafsu, apalagi ketika buah dadanya yang sexy diremas-remas oleh Oom Pram. Tubuhnya menindih tubuh Oom Pram dengan posisi miring memberi kesempatan buah dada kirinya untuk diremas, dua belah pahanya menjepit paha kanan Oom Pram, bahkan dari gerakan pinggulnya aku yakin Nani sedang menggesekkan selangkangannya di paha Oom Pram.


Kuhampiri Nani, kubuka resleting di punggungnya, ia menghentikan kegiatannya untuk memberikan kesempatan aku melepas pakaiannya, dan dalam sekejab dia sudah telanjang bulat, seperti diriku dia juga tidak mengenakan BH maupun CD. Tubuhnya memang indah dan aku selalu mengagumi tubuhnya itu, karena sebagai teman sekamar, aku sudah terbiasa melihat kepolosannya itu. Hanya ada satu hal yang belum pernah kulihat, yaitu bibir bawahnya tampak sedikit membengkak dan warna kemerahan membayang di balik rambut kemaluan yang tidak terlalu lebat.


Oom Pram segera meraih kedua buah dadanya untuk mencium sekaligus meremasnya, Nani tampak menikmatinya dan membiarkan seluruh tubuhnya dinikmati oleh Oom Pram. Tangannya kulihat mulai mengelus pangkal paha Oom Pram yang masih terbungkus piyama. Aku sebenarnya sangat terangsang dengan adegan itu, apalagi ketika mereka berdua sudah tanpa busana, dan percintaan mereka makin seru dimana dalam posisi tidur telentang di tengah tempat tidur yang harum dan mewah. Oom Pram mempermainkan kelamin Nani dengan lidah dan bibirnya, sedangkan Nani setengah jongkok di kepala Oom Pram merintih-rintih keenakan sambil menunduk melihat kemaluannya yang sudah makin membengkak.


Kulepas pakaianku, kurasakan buah dadaku sudah mengeras dan vaginaku sudah terasa basah. Kudekati penis Oom Pram yang tegak berdiri dengan kepala yang mengkilat, dikelilingi oleh otot yang kebiru-biruan, sebuah pemandangan yang bagiku sangat indah. Kugenggam batang penisnya, kadang kukecup ujung penisnya. Tidak seperti biasanya, kali ini aku tidak berani memainkannya seperti yang disukainya. Aku tidak menelusuri otot batangnya dengan lidahku, tidak pula menyedot seperti menyedot es lilin ketika aku masih kanak-kanak. Karena aku sadar, bahwa perjalanan masih panjang. Kali ini dia akan bercinta dengan dua orang wanita muda yang sedang haus-hausnya. Aku takut dia akan “selesai” sebelum waktunya.


Ketika Nani mengerang makin keras, dan gerak pinggulnya terlihat makin tidak terkendali, Oom Pram segera mengakhiri permainan. Dia bangkit dan membimbing Nani untuk rebah di sampingnya berbantal lengan kirinya. Direngkuhnya aku, sambil mencium bibirku tangan kanannya merangkulku dan mengelus pungggungku. Kunikmati permainan lidahnya, kadang lidahnya menjalar dalam mulutku, kadang lidah kami saling beradu. Kubiarkan tangan Nani ketika dari posisinya dia mejulurkan tangan untuk ikut meremas buah dadaku, karena menambah kenikmatan yang kurasakan. Bahkan ketika dia bangkit dan jarinya menyibak bukit kemaluanku yang sudah basah, aku malah merentangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Aku sama sekali tidak merasa risih, bahkan sebenarnya aku ingin dia melakukan lebih dari mengelus klitorisku. Aku ingin bibir Nani yang sensual itulah yang melakukannya. Tapi itu tidak dilakukannya.


Oom Pram bangkit dari posisi tidurnya, dari gerak dan sikapnya aku segera tahu bahwa dia sudah akan menyudahi pemanasan yang bagi kami terasa sangat lama dan menyenangkan, walaupun sebenarnya Nani sudah memintanya sejak tadi. Aku memberi kesempatan Nani untuk melakukannya terlebih dahulu, ia sudah dalam posisi telentang dengan kaki yang ditekuk dan kedua belah paha terbuka lebar, sehingga dua bukit kemaluannya terbelah dengan menampakkan semburat magma merah dari celahnya. Sebuah pemandangan yang sangat indah, sebuah tubuh putih yang mengkilat karena keringat, buah dadanya yang padat pinggang yang ramping. Mata Nani memandang sayu ke arah Oom Pram yang sudah berada di depannya siap melakukan tugasnya.


Oom Pram masih menjelajahi tubuh indah itu dengan matanya sambil tangan mengelus paha Nia, tubuhnya masih kelihatan kokoh. Aku tak pernah bosan memandang, entah sudah berapa kali aku menjamah dan menikmati tubuh lelaki itu. Aku lah yang tak sabar melihat adegan sejoli ini berlama-lama, kuraih penisnya dan kutuntun ke arah lubang kawah yang merah menyala. Nani sedikit mendongakkan kepala ketika ujung kemaluan Oom Pram mulai masuk ke vaginanya, mulutnya mendesis lembut. Jika sedang bercinta denganku, Oom Pram selalu memulai dengan tidak memasukkan penuh, tetapi hanya kepalanya saja, kemudian menancapkan berkali-kali ke arah atas di belakang klitoris, memutar dan menggoyangnya.


Demikian juga yang dilakukan kepada Nani, kocokan ringan itu membuat Nani makin mendesis-desis, disertai sapuan lidah di bibirnya sendiri. Lututnya terlihat bergerak membuka dan menutup kadang-kadang pinggulnya diangkat mencoba menenggelamkan batang yang mempesona itu, tetapi selalu gagal. Aku tidak dapat menahan diri, tanganku kuremaskan ke buah dada Nina yang bergoncang lembut, bahkan lama-lama jari tanganku mengelus-elus klitoris Nani yang tidak lagi mendesis tetapi sudah merintih-rintih.“Oom… masukkan yang dalam.., sampai habis..!” ia menghiba sambil tangannya menekan pantat Oom Pram.Dan dia merintih panjang ketika penis Oom Pram menancap makin dalam sampai ke pangkalnya.


Kulihat di depan mataku sepasang manusia sedang malakukan persetubuhan, sang wanita sambil mendekap pasangannya, mulutnya merintih dan mendesis. Sang lelaki dengan tubuh yang berkeringat mengayunkan pinggulnya ke atas ke bawah, kadang desis kenikmatan juga terdengar dari mulutnya. Sesekali sang lelaki dengan mata penuh nikmat menatap kosong kepadaku. Aku mundur ketika Nani mulai liar, kakinya mendekap tubuh Oom Pram dengan kencang, pinggul diangkat ke atas seakan ingin menyatu dengan lawan mainnya, dagunya mendongak disertai lenguhan panjang, “Aaahhh…”


Detik-detik indah Nani telah lewat, beberapa saat Oom Pram masih menindih di atas tubuhnya, dibelainya rambutnya dan dicium lembut bibirnya. Sebenarnya pada saat yang sama vaginaku sudah berkedut nikmat, aku sangat terangsang penuh birahi, tapi aku masih harus besabar beberapa menit untuk memberi kesempatan Oom Pram mengambil nafas. Walaupun aku tahu pasti bahwa dia belum berejakulasi.


Aku segera turun dari tempat tidur, kuambil tissue dan kondomku, kubersihkan dengan hati-hati penisnya yang basah kuyup oleh lendir Nani. Kusarungkan kondom berwarna merah jambu di kemaluannya. Beda dengan Nani yang tidak menyukai memakai alat itu, dia lebih menyukai pil KB yang diminumnya secara rutin, karena hubungannya dengan pacarnya.


Kulihat Oom Pram sambil telentang memperhatikan apa yang sedang kulakukan, mulutnya medesis penuh nikmat ketika penis yang sudah bersarung itu kukulum dan kusedot. Dalam nafsuku yang puncak itu, aku merasakan tidak perlu lagi pemanasan, aku segera memposisikan diri jongkok di atasnya, kamaluan kami sudah berhadapan nyaris menyentuh. Aku masih sempat bermain di luar sebentar, sebelum semuanya kumasukkan sampai ke dasar dinding rahimku. Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya, kuhisap mulutnya.


Kukerutkan otot-otot di dalam vagina untuk mencengkeram penisnya. Bersamaan dengan itu kuputar pinggulku sambil kutarik ke atas sampai ke leher kemaluannya. Kemudian dengan cara yang sama kulakukan dengan arah ke bawah, dan kulakukan berulang-ulang. Ia mengelus dan meremas bokongku, pinggulnya menyodok vaginaku dari bawah dengan irama yang sudah sangat harmonis. Posisi ini adalah posisi favoritku (hingga kini). Buah dadaku terhimpit di dadanya, perutku menggeser-geser perutnya dan desis kenikmatan kami semakin menyatu.


Kurasakan gesekan otot dan kulit penisnya di dalam vaginaku, rasanya enak sekali, kepala penisnya yang besar yang menyodok-nyodok dinding rahimku makin menambah kenikmatan yang kualami. Bagian dalam vaginaku berkedut makin dalam. Aku melenguh panjang, kutepuk pundaknya dan ia segera mengerti untuk menghentikan kocokannya. Sementara aku juga menghentikan gerakanku dan meikmati kedutan yang merambah jaringan kemaluanku. Aku mengalami orgasme ringan, aku tidak ingin permainan cepat selesai, baru lima belas menit kami bersetubuh, biasanya aku tahan lama sekali. Mungkin karena aku menonton dan terlalu meresapi permainan Nani tadi.


Aku masih menumpuk di atas tubuh Oom Pram, kemaluannya masih terjepit dalam sekali di dalam kelaminku yang masih menjalar rasa nikmat.“Oom.., enak sekali. Aku pengen lama. Lamaaaa sekali..!” kucium pipinya dan kudekap tubuhnya.Dan ketika dia mulai mengocokku dengan ringan dari bawah, segera kutepuk kembali pundaknya, “Aaaah, jangan dulu Oom.., Lani belum turun..”Kurebahkan kepalaku di samping kepalanya, kudekap tubuhnya yang kekar, kuluruskan kakiku sehingga paha kami saling menempel, dengan posisi ini aku merasa menjadi satu dengannya. Kemaluannya masih tetap di dalam tubuhku.


Wajahku berhadapan dengan wajah Nani yang sejak tadi menonton pertunjukan kami, tangan kirinya meremas-remas buah dadanya sendiri, sedangakan tangan kanannya menggosok-gosok klitorisnya. Nani sudah mulai bangkit lagi nafsunya, wajahnya menampakkan kenikmatan mansturbasinya. Menit berikutnya Oom Pram sudah menggulingkan tubuhku ke samping tanpa melepaskan kesatuan kami. Dan dalam sekejap tubuh yang mengkilat oleh keringat sudah dihadapanku dengan posisi push up, kedua tangannya berada di samping tubuhku, kedua kaki lurus dan merapat. Penisnya sangat besar dan keras masih terasa menekan dalam lubang kenikmatanku.


Kulipat kakiku dan kubuka lebar-lebar pahaku, karena aku tahu bahwa Oom Pram akan segera mengaduk-aduk isi kelaminku dengan alatnya itu. Aku sudah siap untuk dipuasinya, dan aku pun siap untuk memberikan peyananku. Dia mulai menarik pelan-pelan penisnya, kuimbangi dengan remasan otot vagina, kurasakan nyeri kenikmatan dari bawah tulang kemaluanku. Aaahhh.., aku mulai mendesis, kuputar pinggulku, dan kuremas-remaskan dan kusedot habis kemaluannya, aku merintih tidak tahan, Oom Pram mendesis.


Aku dipompa dengan putaran ke kanan kadang ke kiri, kadang diulir kadang ditancap lurus ke bawah. Rasa geli dan desiran nikmat makin merambat di seluruh kemaluanku. Kakiku sudah terangkat tinggi menggapit pinggangnya, pinggulku selalu melekat erat dengan pinggulnya. Pangkal kemaluan kami saling melekat, klitorisku bergetar hebat. Oom Pram mendekapku erat, diciumnya bibirku, nafasnya sudah memburu, kocokan penisnya menghujam dengan kencang dan dalam, bersamaan dengan itu kedutan dahsat dalam lubang kemaluanku. Dia telah memancarkan spermanya.


Bersamaan dengan itu kulepas pula keteganganku. Kutahan jeritan kenikmatanku.“Oom Pram.., oh…”Aku tergolek lemah di samping Nani yang sedang menuju klimaks dalam mansturbasinya. Malam yang indah yang sampai kini pun aku sering melamunkannya. Sobatku jika kau membaca ini kau pasti tahu bahwa ini aku sobatmu yang dulu, apakah kau masih merindukan Oom kita..? Aku pun begitu.


Related Posts

pinggulnya menyodok vaginaku dari bawah dengan irama harmonis
4/ 5
Oleh