Jumat, 15 September 2017

Oii-ooi.. Kita sarapan sambil ngentot yuk Uuhh.. Ohh.. Asoy banget



Oii-ooi.. Kita sarapan sambil ngentot yuk Uuhh.. Ohh.. Asoy banget Sehari saya bangun pagi sekali, hari itu saya kuliah siang jam sebelas sebentar jam di kamarku tetap masih perlihatkan jam 1/2 tujuh pagi. Maunya sih tidur lagi, tetapi kantukku sudah hilang dan tidak bisa tidur lagi, mungkin saja saja karena kemarin saya tidur begitu awal, lebih kurang 1/2 delapan malam. 


Oii-ooi.. Kita sarapan sambil ngentot yuk Uuhh.. Ohh.. Asoy banget


Ini yakni hari ke-2 saya sendirian di rumah, orang tuaku selalu ribet, Bapak tengah mengurus usaha di Malaysia ditemani mamaku yang kebetulan juga menginginkan berobat di sana, tengah pembantuku cuma satu juga tengah pulang kampung sejak mulai lima hari masa dulu karna saudaranya meninggal dunia. Janjinya sih sore hari inilah akan kembali, yah kuharap sekianlah karna saya capek sekali selama tiga hari ini harus mengurus makan dan beres-beres sendiri. 


Saya juga turun ke bawah tidak ada gunakan apapun (ya, telanjang, sudah jadi kebiasaanku jika di rumah tidak ada siapa saja juga saya selalu tidak berbusana di rumah, perasaan nyaman dan sehat, bisa buat darah mengalir lebih lancar), di dapur saya ambillah sebungkus mie keriting dan memasaknya. Setelah masak saya membawa sarapanku ke atas untuk menikmatinya di balkon kamarku. Lebih dahulu saya lebih dulu ambillah daster kuning-ku yang berdada rendah untuk menutupi tubuh polosku, walau ekshibisionis tetapi saya harus tahu batasannya dong, kan tidak enak apabila nantinya tampak tetangga sekitaran apabila saya sembarang pamer tubuh. 


Kunikmati sarapanku di serambi balkon sambil nikmati udara pagi yang fresh, suasananya tenang dihiasi oleh kicau burung dan kupu-kupu beterbangan di taman bawah sana. Sesudah sarapan, saya menyalakan sebatang rokok sambil berdiri bertumpu di balkon, beberapa orang yang tengah joging melalui depan rumahku, salah nya adalah Tante Lia, tetangga dan rekanan mamaku, beliau menyapaku dari jalan, akupun tersenyum dan membalas salamnya. 


Satu truk sampah berhenti di masing-masing rumah untuk lakukan pekerjaan hariannya ambillah sampah. Tak lama kemudian, truk itu jalan ke arah sini dan berhenti tidak jauh dari rumahku. Seorang petugas sampah turun ambillah kantong-kantong sampah dari rumah di sekitaran situ. Tukang sampah itu berbadan tinggi dan agak gemuk, usianya sekitaran 30-an, mukanya bundar dengan hidung yang besar. Sambil mengisap rokok, kuperhatikan dia selama beberapa waktu mengangkat kantong sampah lalu melemparkannya ke bak truk. Pelan-pelan saya mulai mikir yang jorok-jorok, pagi-pagi gini tekad isengku sudah keluar. 


“Pagi Non! ” sapanya waktu lewat rumahku. “Pagi Bang! ” balasku. “Eh.. Bang tunggu bentar, di dapur tetap masih ada lagi sampahnya nih, sebentar ya! ”, lanjutku lagi. 


Saya mematikan rokokku dan turun sambil membawa piring dan gelas sisa sarapan baru saja, setelah menaruhnya di pencucian saya selekasnya ke depan buka pintu. Kebetulan tong sampah di dapur memang sudah penuh sesak, soalnya sejak mulai ibu pergi belum ada yang membereskannya. 


“Bang, Bang, tolongin saya bisa tidak, kan pembantu saya lagi tak ada, jadi sudah dua hari tuh sampah numpuk di dapur, bantu saya beresin dong yah, kelak saya kasih uang rokok deh! ” pintaku dengan nada manja. “Hhmm, OK deh Non.. Mana sampahnya, supaya Abang bantu beresin! ” katanya. 


Saya membukakan pagar dan mempersilakannya masuk, dia memperhatikanku senantiasa sambil jalan dalam, terkadang matanya mencuri-curi pandang ke belahan dadaku yang menantang di balik belahan dasterku yang rendah, tidak tahu dia memahami atau tidak bila di baliknya saya tidak memakai apapun lagi.  


“Sepi yah Non, sendirian di rumah nih? Lagi pada kemana? ” tanyanya. “Iya Bang, semua lagi keluar nih, sudah dari kemarin lusa sendirian” jawabku. “Tuh Bang, sudah penuh gitu, tolong yah! ” lanjutku sambil menunjuk pada tong sampah biru besar di dapur. 


Si Abang tukang sampah mengangkat tong besar itu, tengah saya menumpuk beberapa dus sisa makanan dan menampungnya di tanganku. 


“Bang, Bang, bentar dong, ini tetap masih ada yang menginginkan dimasukin, upss!! ” dengan punya niat saya melonggarkan tanganku sampai dus-dus itu terjatuh semua. “Duh, sori nih Bang, sudah saya yang beresin saja! ”, lanjutku kemarin. 


Saya juga berjongkok dan menunduk memunguti dus-dus itu, dengan begini payudaraku terlihat jelas sekali di balik potongan dasterku yang rendah dan lebar itu. Dia terbelalak saksikan buah dadaku yang menggantung indah, putingnya juga sekilas tersingkap dari balik dasterku. Saya ketahui dari baru saja matanya senantiasa tertumbuk ke daerah dadaku, tetapi saya pura-pura cuek dengan senantiasa membereskan dus itu, bahkan punya niat kutundukkan lagi tubuhku, sampai makin terlihatlah keindahan di baliknya. Perlahan kulihat kakinya ambil langkah mendekatiku, lalu ikut jongkok, tetapi bukannya membantu membereskan sampah jadi menyelinapkan tangan ke belahan dadaku mencaplok daging kenyal di baliknya. 


“Kurang ajar! ” bentakku sambil menepis tangannya. 


Tentu ini tidak membuatnya mundur, dengan sigap ditangkapnya ke-2 tanganku, tubuhku diangkatnya hingga berdiri lalu dihimpit ke tembok di sebelahku. Sesungguhnya sikap berontak dan jeritanku cuma pura-pura belaka untuk memanas-manasi nafsunya. Tangannya yang kuat dengan mudah mengunci dua pergelanganku lalu diangkat ke atas. Tangannya yang lain meremas dadaku dengan kasar. 


“Jangan Bang.. Hentikan.. Eengghh! ” erangku meringis karna kerasnya remasan itu, tubuhku tetap masih meronta perlahan-lahan. “Diam Non, Non sendiri kan yang mancing-mancing saya begini” katanya berani. 


Wajahnya mendekatiku mencari-cari bibirku, saya menggeleng-geleng pura-pura menolak dicium olehnya, tetapi tetap masih saja selanjutnya tidak bisa menghindar dari lumatan bibirnya. Saya bisa rasakan nafasnya yang menderu dan bau badannya yg tidak enak (maklum banyak bergaul dengan sampah), tetapi birahi yang meninggi buat semuanya terlupakan. 


Sebentar saja saya sudah memainkan lidahku membalas cipokannya. Tangannya mulai mengelus pahaku yang putih mulus sambil menyingkapi dasterku. Setelah meremas pantatku sebentar, tangannya lalu mengelus vaginaku yang berbulu lebat. Mataku membelakak waktu tangan itu meremas daerah segitigaku dengan jarinya sedikit masuk ke sana, desahan tertahan keluar dari mulutku yang tengah berciuman. 

“Ga usah malu-malu Non, telah basah gini kok, tidak pakai apa-apa sekali lagi, Non juga ingin kan” seringainya mesum. 


Dia melepas pergelanganku sesudah saya berhenti meronta serta percaya sudah menguasaiku. Diperosotinya dasterku dari bahu kiri hingga payudaraku kiriku saat ini terbuka telah, bulat kencang dengan puting kemerahannya yang menantang. Dengan penuh nafsu dilumatnya benda itu sembari tangannya menggerayangi pantatku. Saya hanya dapat mendesah-desah dalam tempat berdiri sandaran ke tembok, putingku semakin mengeras karna permainan mulutnya yang nakal. Mendadak seorang muncul di pintu dapur serta tercengang lihat adegan di depannya. Orang itu tidak beda yaitu rekannya yang menyetir truk sampah, rupanya dia menanti lama di truk hingga turun untuk menyebut rekannya supaya selekasnya kembali, eh.. nyatanya rekannya itu tengah berasyik-ria denganku di dapur. 


“Wei.. Sialan lo, ngentot gak ngajak-ngajak, gua dibiarin sendiri di mobil! ” kata si sopir. “Ayo masih tetap pagi kok, kita istirahat saja sebentar, kapan sekali lagi merasakan amoy cantik gini! ” ajak tukang sampah yang menggerayangiku. 


Si sopir bergegas mendekati kami sembari melepas seragam dinas kebersihannya, badannya lumayan diisi dengan kulit hitam terbakar matahari. Saat ini saya dihimpit dari depan-belakang oleh mereka, badanku bertumpu pada si sopir yang mendekapku sembari meremasi payudara kiriku dan meraba-raba paha serta pantatku, sedang si rekannya yang di panggil Din turunkan bahu kananku, jadi ke-2 payudaraku terungkap. 


Si Din mengenyot payudara kananku dengan kencang sampai pipinya kembung kempot, tangannya mengelusi kemaluanku. Si sopir mulai menciumi belakang telingaku serta menggelikitik kupingku dengan lidahnya. Hal ini menyebabkan tubuhku menggeliat dan makin mendesah. Sambil menciumiku si sopir mengangkat dasterku yang telah berantakan, secara refleks aku mengangkat kedua tangan membiarkan satu-satunya pakaian yang melekat di tubuhku lepas melalui kepalaku.


“Wah, bener-bener rejeki nomplok nih bisa dapet cewek putih mulus gini!” sahut si sopir mengagumi tubuhku.


Selanjutnya aku disuruh berlutut, lalu mereka membuka celananya di depanku. Aku sempat terpana melihat penis mereka yang sudah berdiri tegak, keduanya keras, berurat dan hitam. Milik si sopir sedikit lebih panjang daripada punya si Din.


“Ayo Non, pilih aja mana yang mau diservis duluan” kata si sopir cengengesan.


Kugenggam kedua penis itu dan sengaja memainkannya dengan kocokan dan pijatan pada zakarnya agar nafsu kedua orang ini makin membara. Aku tersenyum nakal melihat reaksi keduanya.


“Uuhh.. Ohh.. Asoy banget kocokannya Non!” desah si Din.


Aku mulai membuka lebar mulutku dan memasukkan penis Din ke dalamnya. Dengan penuh perasaan aku mengulum penis itu sambil tanganku mengocoki penis si sopir. Sesaat kemudian aku mengeluarkan penis si Din dan beralih ke si sopir, sepertinya servis mulutku membuatnya ketagihan, ia menahan kepalaku dengan tangannya seolah tak rela melepasnya.Aku gelagapan saat si sopir menyenggamai mulutku dengan beringas hingga akhirnya dia menyembur ke dalam mulutku, sebagian meleleh ke dagu, namun sebagian besar tertelan. Aku tidak sempat mempraktekkan teknik menyedotku yang lihai itu karena dia terus menyodok mulutku bahkan ketika keluar sampai tersedak aku dibuatnya, begitu kulepas kulumanku aku langsung batuk-batuk dan meludahkan sisa sperma itu dari mulutku.


Sesaat aku bersimpuh di lantai meminum air yang disodorkan Bang Din dan mengatur kembali nafasku. Kemudian dia merebahkan tubuhku di lantai marmer yang dingin itu dan mencium dan menjamahnya dari wajah hingga berhenti di kemaluanku yang sudah basah, dia menjilat dan mengisapnya dengan lahap. Mulutku mendesis nikmat dan kedua paha mulusku mengapit kepalanya. Kulihat si sopir menuangkan air dingin dari kulkas dan meminumnya, dia juga melihat-lihat isi kulkasku, kemudian diambilnya sekotak susu kecil dan kembali menghampiri kami.


“Oii-ooi.. Kita sarapan sambil ngentot yuk!” sahutnya seraya menggigit ujung kotak susu itu dan menyobeknya.


Ditumpahkannya susu itu ke sekujur tubuhku sampai habis. Kurasakan dinginnya air susu dan lantai marmer pada tubuhku yang sudah memanas. Bagaikan menyantapku, keduanya menjilati dan mencium tubuhku yang sudah berasa susu itu.


“Mmuuahh.. Enak banget, jadi manis kaya orangnya!” komentar Din sambil menjilati vaginaku yang bersusu.“Sluurrpp.. Slurrp!” demikian suara mereka menikmati susu pada tubuhku, suara itu dimeriahkan oleh desahan dari mulutku.“Ini namanya susu campur, ada susu sapinya, ada susu ceweknya, hehehe..” kata si sopir setelah menghabiskan susu yang bercucuran di tubuh bagian atasku.“Heh, tambah lagi dong susunya, udah mau habis nih!” pinta Din pada temannya.“Beres Din, masih ada kok!” kembali si sopir membuka kulkas.


Dia kembali lagi tapi kali ini bukan dengan susu kotak melainkan whipping cream strawberry. Sepertinya dia tidak tahu makanan apa itu sehingga dia pun bertanya padaku..


“Eh.. Non, kalo yang ini apaan sih? Susu bukan, es krim juga bukan”. Dasar udik.., kataku dalam hati.“Itu namanya whipping cream Bang, biasanya buat makan sama buah” jelasku padanya.


Hei, mendadak aku terpikir sebuah cara baru untuk menikmati oral seks. Maka kuminta Din untuk berdiri dan menyodorkan penisnya padaku. Lalu kebaluri penisnya yang hitam dengan whipping cream itu.


“Wah.. Wah kontol saya mau diapain Non, asal jangan dimakan yah” katanya menanggapi tindakanku.


Kujawab hanya dengan membuka mulut dan memasukkan penis itu ke mulutku. Hhmm.. Nikmat, penis rasa strawberry kesukaanku, kukulum-kulum seperti permen. Kuisap maju-mundur penis itu, pipiku sesekali menggembung tertekan kepala penisnya. Sementara aku menyepong, si sopir tak bosan-bosannya menggerayangiku dari belakang, payudaraku diremasi dan diputar-putar putingnya, vaginaku diusap-usap, dari permukaan jari-jari itu merambat masuk lebih dalam dan mengorek-ngoreknya.


Yang membuatku bertambah gila adalah ketika dia memain-mainkan biji klitorisku persis seperti yang dia lakukan terhadap putingku. Leher dan bahuku juga tidak luput dari cupangan-cupangan yang dilancarkannya hingga meninggalkan bekas cupangan dan ludah. Aku pun makin menggelinjang sambil terus mengeluarkan desahan-desahan tertahan.


Tiba-tiba si sopir mendekap pinggangku dan mengangkatnya ke atas, maka posisiku kini berdiri dengan badan atas membungkuk 90 derajat. Tanpa melepas penis Bang Din, aku melingkarkan tangan pada tubuhnya sebagai penyangga. Dua jari si sopir telah membuka bibir vaginaku dan penisnya ditekan masuk ke dalamnya. Badanku mengejang beberapa detik ketika benda itu menerobos vaginaku. Selanjutnya si sopir memaju-mundurkan pinggulnya dengan ganas sambil melenguh keenakan merasakan jepitan otot-otot kemaluanku.


“Hhmmhh.. Memeknya enak banget Non, seret dan basah!” serunya sambil meninggikan frekuensi genjotannya.“Servis mulutnya juga yahud, puas banget gua main sama cewek kaya gini, hahaha..!” timpal si Din sambil tertawa-tawa dan menggerayangi payudaraku yang menggantung.


Karena tidak ingin cepat-cepat orgasme si Din menyuruhku melepaskan penisnya, kemudian tubuhku ditegakkan kembali, kini si sopir yang menyanggaku dengan dekapannya. Disenggamainya aku dalam posisi berdiri. Si Din memungut kemasan whiping cream dari lantai, lalu melumurinya pada kedua payudaraku.


“Gua juga mau coba rasa cream strawberry ini, mmhh!” katanya lalu melumat payudaraku yang berlumuran whiping cream itu.“Sspp.. Ssrrpp..!” seluruh payudaraku dilumatnya, putingku dijilat dan dihisapnya, dinikmatinya kedua daging kenyal rasa strawberry itu seperti makan es krim.


Sensasi geli juga kurasakan pada lubang dan daun telingaku yang dijilati si sopir yang juga sedang menyetubuhiku dari belakang. Aku cuma bisa mendesah lirih dalam pelukan keduanya, membiarkan tubuhku diperlakukan sesuka mereka. Sekarang aku merasakan adanya desakan dari vaginaku yang ingin segera meledak sehingga aku merapatkan kedua paha untuk meresapi kenikmatannya.


Akhirnya aku klimaks diiringi erangan panjang, kakiku lemas sekali kalau saja tidak didekap si sopir pasti ambruk. Sebentar kemudian, dia menyusul menyiram rahimku dengan sperma hangat. Tak kubayangkan betapa banjirnya kemaluanku, cairan kewanitaanku plus spermanya meleleh keluar menyertai penis si sopir yang masih keluar-masuk dengan kecepatan menurun, daerah pangkal pahaku dan sekitarnya jadi basah oleh cairan itu. Tubuhku merosot ke bawah mengikuti si sopir yang terduduk bersila di lantai. Kusandarkan kepalaku pada dadanya yang sedikit berbulu itu.


“Nah, sekarang giliran gua!” sahut Din sambil meraih kakiku dan membentangkannya.


Dengan mulus penisnya meluncur masuk ke dalam vaginaku yang sudah basah kuyup. Suara kecipak cairan terdengar setiap kali dia hujamkan penisnya. Sodokannya makin lama makin bertenaga membuat tubuhku terguncang-guncang, akupun sudah kehilangan kendali diri, mataku membeliak-beliak, mulutku menceracau tak karuan mengerang dan mengeluarkan ucapan-ucapan erotis.


Si sopir yang menopangku terus giat memijati payudaraku, putingku digesek-gesekkan dengan jarinya yang kasar, kadang dipilin dan kadang diemutnya. Penisnya yang mulai bangkit lagi terasa menyentuh punggungku. Dia menundukkan kepala mendekati mulutku hingga bertemu mulutnya. Kami bercumbu panas sekali, lidah kami saling beradu bak sepasang ular kawin. Lima belas menit kemudian Bang Din membekap badanku ke arahnya dan dia sendiri membaringkan dirinya di lantai, maka posisiku kini telungkup di atasnya. Dengan begitu pantatku menungging ke arah si sopir yang kini telah membasahi anusku dengan ludahnya dan menekan-nekankan jarinya di sana.


“Aakkhh..!!” aku merintih dan menghentikan goyanganku sejenak ketika si sopir memasukkan penisnya ke anusku. Bahu Bang Din kucengkram erat-erat menahan rasa sakitnya. Rasanya sangatlah menyesakkan ditusuk dua batang perkasa itu, terutama pada bagian anus. Kami bertiga mulai berpacu dalam birahi, rasa perih perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh. Sulit dilukiskan perasaanku waktu itu, pokoknya rasanya seperti melayang-layang dengan dilingkupi rasa nikmat yang luar biasa.


Hal ini berlangsung selama dua puluh menit lamanya sampai suatu saat di mana tubuhku bergetar melepas suatu bentuk energi berupa orgasme dahsyat yang menyebabkan tubuhku berkelojotan, tangan dan kakiku terasa kejang-kejang, serta mulutku mengeluarkan erangan panjang. Mukaku memerah, keringat pun bercucuran membasahi badan kami, akhirnya akupun tergolek lemas di atas tubuh Bang Din setelah gelombang orgasmeku surut. Sementara itu kedua tukang sampah itu masih terus menggenjot vagina dan anusku.


Akhirnya Bang Din menegakkan tubuhku dan menarik lepas penisnya, kemudian dikocoknya batangnya yang masih tegak itu dekat mukaku, akhirnya cret.. cret muncratlah cairan kental itu membasahi wajahku. Karena semprotannya kencang dan deras, bukan cuma mukaku saja yang basah, rambut, leher dan payudaraku pun terkena cipratannya.


Tak lama kemudian, si sopir pun mencabut penisnya dari anusku. Dibiarkannya aku ambruk telentang di lantai. Dia berdiri di sampingku mengocok penisnya hingga menumpahkan isinya di badanku. Puas dan lelah kurasakan sekaligus pada saat bersamaan. Mereka tertawa-tawa melihatku yang terbaring di lantai sambil menggosok-gosokkan sperma mereka ke tubuhku. Aku membalas senyuman nakal mereka sambil mengulum jariku yang belepotan sperma.


Sementara aku memulihkan tenaga, mereka mulai berpakaian lagi dan membereskan dus-dus yang berserakan tadi lalu membawa sampah-sampah itu ke truk. Beberapa menit kemudian Bang Din kembali dengan tong sampah yang sudah kosong. Aku pun bangkit dan memakai kembali dasterku untuk mengantarnya keluar rumahku. Setelah pamitan dan berterimakasih atas kesempatan emas dariku, truk itu mulai meluncur menjauhi rumahku. Sepeninggal mereka, aku langsung mandi membersihkan badanku dari aroma persetubuhan barusan, kemudian kustel weker dan tidur sebentar mengisi tenaga untuk kuliah pada jam sebelas nanti.

Related Posts

Oii-ooi.. Kita sarapan sambil ngentot yuk Uuhh.. Ohh.. Asoy banget
4/ 5
Oleh