Jumat, 11 Agustus 2017

Buset! Wiwin Pantat lo emang sempit banget! Lo

Buset! Wiwin Pantat lo emang sempit banget! LoSaat telah tengah malam pas Wiwin serta Anisya pulang berjalan-jalan dari satu mall di kota Bandung, kota tempat mereka menuntut pengetahuan pada suatu PTN terpenting. Saat itu universitas mereka tengah berlibur semester yang lumayan lama, maka banyak diantara kawan-kawan mereka yang pilih pulang kampung, tetapi untuk Wiwin serta Anisya lebih pilih untuk tetaplah tinggal di kota Bandung dikarenakan sedikit yang bisa mereka lakukan untuk isi waktu berlibur di Jakarta kota asal mereka. 
Buset! Wiwin Pantat lo emang sempit banget! Lo


Hingga ditempat kost mereka kurang lebih jam 10 malam. Saat itu daerah di sekelilingnya telah sepi begitupula didalam kost-kostan dikarenakan semuanya penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka semasing untuk memanfatkan saat berlibur kuliah mereka, serta saat ini tinggallah mereka berdua saja yang masih tetap bertahan didalam areal kost yang luas serta besar itu. Walaupun umur mereka terpaut jauh, mereka berdua sangat akrab dikarenakan terkecuali mereka tinggal sekamar serta datang dari Jakarta, di universitas mereka juga satu fakultas. 


Wiwin sekarang ini berumur 26 th., sesaat Anisya baru berumur 18 th.. Keduanya mempunyai muka yang cantik, Wiwin dengan bentuk tubuh yang memiliki ukuran tengah terlihat anggun dengan tampilan kesehariannya, sedang Anisya mempunyai badan yang mungil serta muka yang imut-imut. Banyak pria yang tertarik pada mereka berdua, dikarenakan bukan hanya saja mereka cantik serta pandai, tetapi mereka juga pintar dalam bergaul serta enteng tangan. Walau demikian dengan halus juga mereka menampik beragam ajakan yang menginginkan membuat mereka jadi kekasih atau pacar dari beberapa pria yang mendekati mereka. 


Wiwin sekarang ini lebih pilih berkonsentrasi untuk hadapi sidang skripsinya, tengah Anisya yang baru menamatkan th. pertamanya di universitas itu lebih pilih untuk aktif di organisasi universitas daripada pacaran atau berhura-hura. 


Sesampainya di kost, Wiwin segera menuju ke kamar kost serta buka pintu, sedang Anisya singgah dahulu ke kamar mandi yang terdapat agak jauh dari kamar kost mereka. Sesudah buka kamar, Wiwin sangat terperanjat dikala diliatnya kamar mereka telah berantakan seperti habis ada pencuri. Belum sekali lagi pernah mengecek semuanya, mendadak kepala Wiwin telah dipukul dari belakang hingga pingsan. 


Wiwin tidak paham apa-apa hingga badannya digoncang-goncang seorang sampai tersadar serta temukan dirinya sendiri telah dalam kondisi terikat di kursi tempat umumnya dia duduk untuk belajar serta mulutnya disumpal kain, maka tidak bisa bertemura. Belum sekali lagi lama dia siuman, matanya terbelalak dikala memandang panorama di sekelilingnya, ia memandang dua pria di depannya. Yang menyuruhnya bangun, orangnya berbadan tinggi besar serta kepalanya memiliki rambut gondrong dia cuma kenakan celana jeans kumal, tubuhnya telanjang penuh dengan tatto. Serta satu orang sekali lagi juga berbadan agak gemuk, memiliki rambut awut-awutan juga cuma kenakan celana jeans. 


Muka mereka unik, umur mereka kira-kira 40 tahunan. Sesaat kamar kost mereka dalam kondisi tertutup rapat, jendela juga yang semula agak sedikit terbuka saat ini udah tertutup rapat. Sesaat kemudian mata Wiwin kembali terbelalak serta menginginkan menjerit, dikarenakan ke-2 orang itu nyatanya dikenalnya. Yang membangunkan dia bernama Asan serta satu sekali lagi bernama Thomas atau seringkali dipangil Liem. Mereka berdua yaitu rekan dari Henry yang memiliki kost yang seringkali nongkrong ditempat itu, pekerjaan mereka tdk terang. 


Memanglah sebagian masa lalu Wiwin serta Anisya diperkenalkan oleh Henry pada Asan serta Liem. Karena dengan 1/2 memaksa Henry, Asan serta Liem menginginkan diperkenalkan dengan Wiwin serta Anisya yang saat itu baru pulang dari universitas. Rupanya mereka berdua tertarik dengan kecantikan Wiwin serta Anisya. Walau demikian rupanya cinta mereka bertepuk samping tangan, Wiwin serta Anisya seringkali menghindar untuk berjumpa dengan Asan serta Liem. Serta yang buat hati Wiwin menjerit serta panas yaitu sangat sadar semuanya serta menyadari Asan tengah duduk di tepi ranjang mereka sembari memangku Anisya yang pas itu telah tinggal menggunakan BH serta celana dalamnya saja yang berwarna putih. 


Anisya sembari menangis memohon-mohon minta dilepaskan, air matanya udah membasahi berwajah yang cantik itu. Namun si Asan yang tubuhnya jauh tambah besar itu tdk mengacuhkannya, dia mulai meremas-remas payudara Anisya yang baru sekepalan tangan orang dewasa itu yang masih tetap terbungkus BH itu, selanjutnya menjilati leher Anisya. Pria itu lantas berkata, “Diam, janganlah macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja bila ingin selamat..! ”Setelah itu dilumatnya dengan rakus bibir indah Anisya dengan bibirnya, “Hmp.., cup.., cup.., ” demikianlah bunyinya pas ke-2 bibir mereka beradu. Air liur juga hingga menetes-netes keluar, rupanya lidah Asan bermain didalam rongga mulut Anisya. 


Disamping itu Liem yang ada di samping Wiwin berkata pada Wiwin, “Hei, elo telah bangun ya, rekan elo ini bisa juga, gue gunakan dia dahulu ya, baru kemudian giliran elo, nah saat ini elo cermati gue baik-baik jika sampai elo kelak engga dapat muasin nafsu gue, bisas deh elo..! ” sembari mengelus-elus kepala Wiwin. Wiwin ingin berontak namun tidak bisa melakukan perbuatan apa-apa, Wiwin juga mulai pucat. 


Lantas Asan yang masih tetap memangku Anisya menyudahi serbuan bibirnya serta berkata, “Ok Sayang, ini saatnya pesta, mari kita bersenang-senang! ”Dia menyuruh Anisya berlutut di depannya serta menyuruhnya membukakan celana jeans kumalnya, lantas mengulum batang kemaluannya. Sambil menangis Wiwin memohon belas kasih, “J.. ja.. angan… tolong janganlah perkosa saya, ambillah saja semuanya barang disini! ”Belum usai berkata, mendadak, “Pllaakkk..! ” si Asan menampar pipinya serta menjambak rambutnya. 


Dengan paksa Anisya di buat berlutut di depannya, “Masukkan ke mulut elo, hisap atau gue bunuh elo..! ” Sangat terpaksa dengan putus harapan serta muka yang pucat serta gemetar, Anisya buka celana Asan serta sangat dia turunkan celana dalam Asan tampaklah kemaluan Asan yang udah jadi membesar serta menegang. Tanpa ada menghabiskan waktu Asan selekasnya memasukkan kemaluannya itu ke mulut Anisya yang mungil itu. Batang kemaluannya tidak bisa semuanya masuk dikarenakan sangat besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Anisya. “Hhmppp.., emphh.. mpphh..! ” demikianlah nada Anisya pas mulutnya dijejali dengan kemaluan Asan. 


Liem juga tidak tinggal diam, rupanya nafsu telah memenuhi otaknya, setelah dia melepas celana jeansnya dia berdiri di samping Anisya, menyuruh Anisya mengocokkan batang kemaluannya yang juga telah membesar dengan tangan. Batang kemaluan Liem tidak sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Anisya dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali kemaluan Asan dan tangan kanannya mengocok batang kemaluan Liem.“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis cantik ini, lain dari yang lain..!” kata Asan. “Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih..!” timpal Liem.


Beberapa lama kemudian nampak tubuh Asan menegang, seluruh badannya mengejang, dan, “A.. akh..!” Asan akhirnya berejakulasi di mulut Anisya. Cairan putih kental memenuhi mulut Anisya menetes di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap darah, dan Anisya terpaksa meminum semuanya karena takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan Asan di kepalanya.


Setelah itu mereka melepas BH dan CD Anisya, sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara dan bulu-bulu kemaluannya yang masih halus dan jarang. “Waw cantik sekali anjing ini.” ujar Liem sambil memandangi tubuh bagian dada dan bawah Anisya yang sedang terisak-isak ketakutan.


Kali ini Liem duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Anisya berjongkok di depannya sambil terus memijati dan mengocok batang kemaluan dengan tangannya. Anisya terpaksa menuruti kemauan Liem itu sambil sesekali dipaksa untuk menjilati ujung batang kemaluannya, sehingga Liem mendengus keenakan. Sementara itu si Asan mengambil posisi berbaring di bawah kemaluan Anisya dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang kemaluan itu.


Seketika itu Anisya kaget dan, “Ehhgh.., iihh… iih.. eggmhh..!” Anisya pun merintih-rintih jadinya, badannya menggeliat-geliat akibat tusukan jari-jari serta jilatan lidah Asan di kemaluan Anisya. “Ayo anjing.., kocok terus barang gue..!” bentak Liem sambil menampar kepala Anisya. Kembali Anisya mengocok kemaluan Liem sambil badannya terus meliak-liuk karena kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidah Asan. Dari bibirnya pun terus terdengar suaranya merintih-tintih.


Sekitar 10 menit dikocok, Liem memuncratkan maninya dan membasahi wajah serta rongga mulut Anisya. Kali ini Anisya sudah tidak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu Liem jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Anisya dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang. “Pelacur anjing..! Kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku. Kalo sekali lagi begitu, kurontokkan gigi elo, dengar itu..!” bentaknya.


Asan pun terpaksa menyudahi aktifitasnya dan ikut-ikutan menampar Anisya.“Goblok..! Gue lagi asyik nikmatin mem*k elo. Elo jangan macem-macem ya..!” bentak Asan. Anisya hanya dapat menangis memegangi pipinya yang merah akibat dua kali tamparan itu. Nampak kemarahan Wiwin bangkit karena teman dekatnya diperlakukan begitu. Wiwin meronta-ronta di kursinya, tapi ikatannya terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang. Melihat reaksi Wiwin si Asan berkata, “Kenapa? Elo tidak terima ya pacar elo gue pinjam, tapi sayang sekarang elo nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..! Abis ini giliran elo yang gue entot..! Hahaha..!”


Mereka kembali menggerayangi tubuh Anisya, kali ini Asan merentangkan tubuh Anisya di tempat tidur dan membuka lebar kedua pahanya, dan segera mulai memasukkan batang kejantanannya ke liang kemaluan Anisya. “J.. jangan. Aduh.., tto.. long.., Mbak Wiwin. Ampun Bang..!” pinta Anisya sambil mencoba berontak tapi dengan sigapnya Liem membantu Asan dengan memegangi kedua tangan Anisya. Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang kemaluan Anisya yang masih sempit, sehingga dari wajah Anisya terlihat dia menahan sakit yang amat sangat, tangisannya pun semakin keras.


Setelah hampir seluruh batang kemaluannya terbenam di dalam liang kemaluan Anisya, Asan mulai memaju-mundurkan pantatnya, mulai dengan irama pelan hingga dengan cepat. Keringat pun dengan deras membasahi kedua tubuh itu. Beberapa saat kemudian dari sela-sela kemaluan Anisya mengucur darah segar bercampur dengan cairan bening hingga warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha Anisya.”Aakkh.. aahh.. aaa. ouhh.. ss.. aakit. ooh. aampuun.. ohh..,” begitulah erangan dan teriakan Anisya merasakan sakitnya.


Rupanya teriakan dan erangan Anisya menambah nafsu dan semangat Asan untuk terus memompakan kemaluannya dengan keras dan cepat hingga badan Anisya pun terbanting-banting dan terguncang-guncang keras. Anisya hanya pasrah mengikuti irama Asan dan kedua tangan Anisya pun kini sudah dilepas oleh Liem.


Selama beberapa menit disetubuhi oleh Asan, tiba-tiba badan Anisya menegang sampai secara refleks dia memeluk kepala Asan yang sedang asyik menggenjotnya. Dia rupanya mengalami orgasme sampai akhirnya melemas kembali. Asan pun menyudahi gerakan memompanya namun kemaluannya masih tetap tertanam di dalam liang vagina Anisya. “He… he… he… Baru kali ini kan loe ngerasain pria cokin, gimana rasanya enak engga, jawaabb..!” bentak si Asan sambil menarik rambut Anisya.


Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata Anisya menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali..!” “Jawab lebih keras supaya teman loe dengar pengakuan loe..!” kata Liem. “I.. iya, s.. saya suka sekali bercinta.” jawabnya dengan suara terbata-bata. “Tuh, kamu dengar kan, apa kata teman elo, dia suka dientot, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka pada Wiwin yang hanya dapat meronta-ronta sambil menangis di kursinya. Hatinya benar-benar serasa mau meledak tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.


Kemudian si Asan mencabut kemaluannya dan membuat posisi badan Anisya gaya posisi anjing, dia kemudian memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya Anisya hingga terbenam seluruhnya. Karena rasa perih dan sakit yang tidak terhingga, maka Anisya berteriak memilukan, “Aaakkhh..!” Lalu dia menariknya lagi, dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu di pantat Anisya hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak.


“Ooughh..!” Anisya mendengus keras menahan rasa perih dari lubang duburnya, seluruh badannya kembali mengeras lolongannya pun kembali terdengan memilukan, “Aahh… ouh.. aah..! Aa.. mpun.., ssakit. Aakhh..!”Kini Asan meyodomi Anisya dengan irama yang keras dan cepat hingga Anisya menggelepar-gelepar, dan badannya kini mulai melemah dan habis akibat digenjot oleh Asan.


Tidak beberapa lama Asan akhirnya mencabut kemaluannya dari lubang dubur Anisya dengan kasar. Kembali darah segar mengucur deras dari liang dubur Anisya, sementara Anisya tertelungkup jatuh ke kasur disertai rintihan panjang melemah, “Aahh..!” Namun Asan belum juga puas, kemalunnya masih garang. Kini ditelentangkannya Anisya dan kembali Asan meniduri Anisya dan memasukkan kembali batang kemaluannya ke lubang vagina Anisya yang telah lemas itu, dan kembali Asan menggenjot tubuh lunglai itu.


Tidak lama Asan pun berejakulasi di rahim Anisya. Lolongan kepuasan keluar dari mulut Asan disaat menyemprotkan spermanya yang jumlahnya banyak itu hingga meluber keluar dari sela-sela kemaluan Anisya. Anisya pun merintih lirih, dan akhirnya bersamaan dengan itu Anisya pun pingsan karena kehabisan tenaga dan rasa sakit yang tidak terhingga.


Dengan perasaan puas Asan pun merebahkan badannya di samping Anisya yang tergeletak tidak bergerak. “Akhirnya gue perawanin juga elo. Dasar cewek sombong..!” ujarnya sambil mengehela napas dan melirik Anisya.


Sesudah itu kini Liem yang tadi menjadi penonton mulai mendekati Wiwin yang masih terikat lemas di kursinya. “Hei, teman elo boleh juga tuh. Nah, sekarang giliran elo yang servise gue. Asal elo tau gue itu naksir berat ama elo, tapi elo menghindar melulu. Gue tau gue jelek dan gue beda ama yang elo bayangkan jadi pacar elo. Buat gue itu engga soal, sekarang gue cuma mau perkosa elo. Udah gitu elo bebas, tapi kalo elo berontak, Mati elo..!”“PLAAK..!” sebuah tamparan keras menghantam kepala Wiwin hingga Wiwin yang masih diikat di kursi itu terjatuh bersama kursinya. “Hmmph..!” dengan mulut tersumbat Wiwin berteriak.


Kemudian dia menarik dan meletakkan tubuh Wiwin mengembalikan ke posisi semula. Dengan pisau dapur milik kedua mahasiswi itu dia merobek-robek baju kaos lengan panjang yang dikenakan oleh Wiwin. Nafas Wiwin tersentak ketika dengan cepat Liem dengan pisaunya melucuti BH dan celana panjang bahan yang dikenakannya. Sekarang Wiwin hanya memakai celana dalamnya yang berwarna putih serta sepasang kaos kaki putih setinggi lutut yang selalu dikenakannya. Payudaranya yang penuh bulat terbuka, tubuhnya putih mulus masih dalam posisi terikat di tempat duduknya.


“Hmph.., hmph..!” Wiwin meronta sambil memandang Liem dengan putus asa, matanya memerah dan air matanya mengalir deras membasahi pipinya, wajahnya pucat pasi. Karena dia menyadari yang akan terjadi pada dirinya, yaitu sebagai pemuas nafsu bejat. “Diem brengsek..!” kata Liem, “PLAK..!” sekali lagi tamparan kuat mendarat di pipi Wiwin, membuat kepala Wiwin tersentak.


Kemudian ia membuka ikatan Wiwin dan membantingnya ke tempat tidur dalam posisi telungkup, dan setelah itu dia merentangkan kedua tangan Wiwin serta melebarkan kedua kaki Wiwin hingga posisi Wiwin kini seperti orang merangkak. Wiwin hanya dapat pasrah mengikuti kemauan Liem. Tepat di hadapannya terdapat kaca rias, setinggi tubuh manusia. Kaca itu biasanya digunakan Wiwin dan Anisya untuk berdandan sebelum pergi kuliah.


Leim lalu merobek celana dalam Wiwin dengan kasar dan menjatuhkannya ke lantai. Sekarang Wiwin dapat melihat dirinya melalui cermin di depannya telanjang bulat, dan di belakang dilihatnya Liem sedang mengagumi dirinya.“Gila bener! Gue suka pantat lo. Lo bener-bener oke!”Liem menampar pantat sekal Wiwin yang sebelah kiri yang membuat Wiwin menjerit kaget.


Lalu tanpa menunggu lagi, Liem yang mulai dirasuki nafsu sex memperlihatkan penisnya yang sudah keras. Liem hanya membiarkan topi yang masih tetap membungkus kepala Wiwin dan sepasang kaos kaki putih yang masih dikenakan Wiwin, mungkin ini dapat membuat nafsu Liem semakin menjadi. Karena memang dengan mengenakan topi, wajah Wiwin jadi nampak cantik dan lucu seperti komentar kebanyakan teman-temannya.


Kemudian Liem menyelipkan penisnya di antara kedua kaki Wiwin lewat belakang. “Ooh.., ampun Pak Liem. Ampunn.., jangann.. jangan! Ampun, jangan..!” Wiwin mulai menangis dan rasa tegang menyeliputi hatinya.Sambil menoleh ke belakang dan memandang Liem, Wiwin mencoba untuk meminta belas kasihan. Terlihat air mata meleleh dari matanya. Namun Liem terus mengancam dengan pisau dapur yang masih digenggamnya.


Liem tidak perduli Wiwin memohon-mohon. Kepala penisnya kemudian menyusuri belahan pantat Wiwin, terus menuju ke bawah, kemudian maju mendekati bibir vaginanya. Setelah tangan si Liem memegang pinggul Wiwin, dengan satu gerakan keras penisnya bergerak maju. “Arrgghh.., ahh.., Ampun..!” Wiwin menjerit-jerit ketika penis Liem mulai membuka bibir vaginanya dan mulai memasuki lubang kemaluannya. Kaki Wiwin mengejang menahan sakit ketika penis Liem terus menembus masuk tanpa ampun menusuk-nusuk selaput daranya.


Bibir tebalnya menganga membentuk huruf O dan mengeluarkan rintihan-rintihan, “Oohhh.., oouugghh.., aa.. ampuun Bangg..! Aakkhh..!”Badannya pun tersodok-sodok. Liem terus bergerak memompa maju mundur memperkosa Wiwin. Ketika kepala Wiwin terjatuh lunglai kesakitan, dia menarik kepala Wiwin sehingga kepalanya kembali terangkat dan Wiwin kembali dapat melihat dirinya disetubuhi oleh Liem melalui cermin di depannya.


Kadang-kadang Liem menampar pantat Wiwin berulang kali, juga dilihatnya payudara Wiwin yang tersentak-sentak setiap kali Liem menyodok penisnya ke dalam vagina Wiwin dan dia hanya dapat pasrah mengerang-ngerang dan merintih. Tiba-tiba Liem mengeluarkan penisnya dari vaginanya. Wiwin langsung meronta dan berlari menuju pintu, berharap seseorang akan melihatnya minta tolong, biarpun dirinya telanjang bulat.


Tapi tiba-tiba Asan yang ternyata sudah pulih terlebih dahulu menyambar pinggangnya sebelum Wiwin sampai ke pintu depan. “Ahh, tolong! Tolompphh..,” teriakan Wiwin dibungkam oleh tangan Asan, sementara itu Liem mendekat dan memukul Wiwin dengan keras. Wiwin pun jatuh terjelembab ke lantai.“Dasar Bandel ya..!” ujar Liem.


Kemudian Liem mengikat tangan Wiwin menjadi satu ke depan. Setelah itu, Wiwin didorong hingga terjatuh di atas lutut dan sikunya. Sekarang Liem memasukkan penisnya ke mulut Wiwin. “Mmpphh..!” Wiwin mencoba berteriak dengan penis yang sudah masuk di dalam mulutnya. Sementara itu Liem dengan tenang terus menggerakkan penisnya di mulut Wiwin. Kedua tangan Liem memegang kepala Wiwin dengan kencangnya menggerak-gerakkan maju dan mundur. Mata Wiwin tertutup dan wajahnya memerah, air matanya masih meleleh turun di pipinya, baru pertama kali dalam seumur hidupnya dia diperlakukan seperti ini.


Setelah beberapa lama mengocok kemaluannya di rongga mulut Wiwin, terlihat tanda-tanda Liem akan mencapai klimaksnya, gerakan memaju-mundurkan kepala Wiwin semakin cepat. Dan, “Akkh… Croot.., croot..!” Liem berejakulasi di mulut Wiwin, sperma yang keluar jumlahnya cukup banyak sehingga meluber keluar dari mulut Wiwin. Wiwin hanya dapat mendengus-dengus dan dengan terpaksa menelan semua sperma yang dimuntahkan Liem tadi, sementara pegangan tangan Liem di kepala Wiwin semakin kencang, sehingga sulit bagi Wiwin untuk menarik kepalanya.


Setelah semprotan sperma yang terakhir, barulah Liem mencabut kemaluan dari mulut Wiwin yang kini mulutnya terlihat penuh dengan lendir memenuhi rongga mulutnya hingga ke bibirnya. Dengan napas puas Liem mencapakkan kepala Wiwin hingga telentang di kasur. “Siap, siap Sayang. Gue musti ngerasain pantat lo yang putih mulus dan sekal ini..!” tiba-tiba terdengar suara Asan yang sudah berada di samping Wiwin. Wiwin memandang Asan dengan wajah ketakutan. Dia tahu bagaimana Asan memperlakukan Anisya hingga pingsan.


Kemudian Asan menoleh ke Liem yang duduk di belakangnya untuk istirahat setelah klimaks tadi. “Ja.. jangan, jangann.. Bang Asan.. saya nggak mau diperkosa di situ Bang..! Ampun Bang. Rasanya ssakit.., kasihani saya Bang..!” ujar Wiwin memelas kepada Asan. “He Anjing. Gue tetep nggak perduli lo mau apa nggak..!” Asan menarik tubuh Wiwin hingga dia terjatuh di atas sikunya lagi ke lantai, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian dia menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anusnya.


Setelah itu dia membuka belahan pantat Wiwin lebar-lebar. “Ampun, jangan..! Sakit..! Ampun Bang Asan. Ampun..! Aakkhh..!” Asan mulai mendorong masuk, sementara Wiwin mejerit-jerit minta ampun. Wiwin meronta-ronta tidak berdaya, matanya terbelalak, hanya semakin menambah gairah Asan untuk terus mendorong masuk penisnya. Wiwin terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis Asan masuk ke anusnya. “Ampun..! Sakit sekali! Ampun! Ooughh.. iihh..!” jerit Wiwin, ketika Asan mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anusnya.


“Buset! Pantat lo emang sempit banget! Lo emang cocok buat beginian!” kata Asan sambil mengusap-usap buah pantat Wiwin. Sementara itu darah segar terlihat mulai mengalir menetes-netes membasahi paha dan kasur.“Bener-bener pantat kualitas nomer satu!” omel Asan sambil terus memompa kemaluannya.


Tangisan Wiwin makin keras, “Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit Pak, ampun..!”Sementara itu badannya mengejang-ngejang menggelepar-gelepar menahan rasa sakit yang teramat sangat, tubuhnya semakin basah oleh keringatnya. “Gila, gue bener-bener seneng sama pantat lo!” ujar Asan sambil terus menyodomi Wiwin. Hingga akhirnya tubuh Asan mengejan keras, kepalanya menengadah ke atas, cengkraman tangan di pinggang Wiwin pun semakin keras dan urat-uratnya pun kini terlihat pertanda sebentar lagi dia akan mencapi klimaksnya.


Asan berejakulasi di lubang pantat Wiwin yang semakin kepayahan dan tubuhnya melemah. Asan pun dengan menghela napas lega kembali menjatuhkan tubuhnya ke samping tubuh Wiwin yang juga terjatuh telungkup badannya lemas dan menahan rasa sakit yang tidak terhingga di lubang duburnya yang kini mengalami pendarahan.


Suara yang terdengar dalam kamar kost itu hanya tangisan Wiwin, tangisan yang benar-benar menyayat hati, yang membuat Liem kembali bangkit nafsunya. Liem berjongkok membalikkan tubuh Wiwin yang tadinya telungkup menjadi telentang. Kemudian menarik kaki Wiwin, lalu membukanya dan menekuk hingga kedua pahanya menyentuh buah dadanya.


Kini posisi Wiwin telah siap untuk disetubuhi, Liem meraih penisnya yang telah kembali tegang dan emeganginya, memandang ke arah Wiwin yang memalingkan wajahnya dari Liem, matanya terpejam erat-erat wajahnya yang masih mengenakan topi nampak cantik walau penuh dengan keringat dan air mata. Liem mengarahkan penisnya ke vagina Wiwin, cairan yang keluar dari penisnya membasahi vaginanya, membantu membuka bibir vagina Wiwin. Wiwin mengerang dan merintih, tubuhnya kembali meronta-ronta, giginya menggeretak, Liem nampak menikmati jeritan Wiwin ketika dia menghunjamkan penisnya ke vaginanya yang telah basah oleh darah dan cairan vaginanya.


“Aahhgghh..!” Liem mulai memperkosa Wiwin. Kaki Wiwin terangkat karena kesakitan dan rintihan terdengar dari tenggorokannya. Tubuhnya mengejang berusaha melawan ketika Liem mulai bergerak dengan keras di vagina Wiwin. Liem menarik penisnya sampai tinggal kepalanya di vagina Wiwin sebelum didorong lagi masuk ke dalam rahimnya. Liem semakin bersemangat mompakan batang kemaluannya di dalam rahim Wiwin.


Nafsu telah membakar dirinya sehingga gerakannya pun semakin keras, sehingga semakin cepat tubuh Wiwin pun lemas tergoncang-goncang dan tersodok-sodok. Dan suatu ketika dengan kasarnya dicampakkannya topi yang menutupi kepala Wiwin oleh Liem, sehingga tergerailah rambut indah seukuran bahu milik Wiwin. Kini pada setiap hentakan membuat rambut indah Wiwin tergerai-gerai menambah erotisnya gerakan persetubuhan itu. Sambil terus menggenjot Wiwin, bibir Liem kini dengan leluasa melumat dan menjilati leher jenjang Wiwin yang tidak tertutup topi dan menyedot salah satu sisi leher Wiwin.


Gerakan dan hentakan-hentakan masih berlangsung, iramanya pun semakin cepat dan keras. Wiwin pun hanya dapat mengimbanginya dengan rintihan-rintihan lemah dan teratur, “Ahh.. ohh.., ooh.. ohh.. oohh..!” sementara tubuhnya telah lemah dan semakin kepayahan. Akhirya badan Liem pun menegang dan tidak beberapa lama kemudian Liem berejakulasi di rahim Wiwin. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak. Liem nampak menikmati semburan demi semburan sperma yang dia keluarkan, sambil menikmati wajah Wiwin yang telah kepayahan dan lunglai itu.


Liem mengerang kenikmatan di atas badan Wiwin yang sudah lemah yang sementara rahimnya menerima semburan sperma yang cukup banyak. “Aauughh.. oh..!” Wiwin pun akhirnya tersentak tidak sadarkan diri dan jatuh pingsan menyusul Anisya temannya yang terlebih dulu pingsan. Badan Liem menggelinjang dan mengejan disaat melepaskan semburan spermanya yang terakhirnya dan merasakan kenikmatan itu. Batinnya kini puas karena telah berhasil menyetubuhi dan memperkosa serta merengut keperawanan Wiwin gadis mahasisiwi cantik yang ditaksirnya itu.


Senyum puas pun terlihat di wajahnya sambil menatap tubuh lunglai Wiwin yang tergelatak di bawahnya. Liem pun ibarat telah memenangkan suatu peperangan, akhirnya terjatuh lemas lunglai tertidur dan memeluk tubuh Wiwin yang tergolek lemah.


Begitulah malam itu Asan dan Liem telah berhasil merenggut kegadisan dua orang gadis cantik yang ditaksirnya. Waktu pun berlalu, fajar pun hampir menyingsing, kedua tubuh gadis itu masih tidak bergerak. Bekas keringat, cairan sperma kering dan darah mulai kering nampak menghiasi tubuh telanjang tidak berdaya kedua gadis cantik itu.


Pagi itu saat Asan dan Liem sudah rapih mengenakan pakaian mereka, tiba-tiba Henry sang pemilik kost mendatangi kamar kedua gadis itu. Saat itu dia bersama Acong teman Henry yang juga teman Asan dan Liem. “Hei.., kalian disini rupanya.” ujar Henry. Dan seketika matanya terbelalak ketika melihat ke dalam kamar kost dan melihat tubuh kedua gadis telanjang itu tergeletak tidak bergerak. “Wah elo-elo abis pesta disini ya..?” tanya Henry. Tanpa menjawab, Liem dan Asan dengan tersenyum hanya berlalu meninggalkan Henry dan Acong yang terbengong-bengong.


Saat Liem dan Asan berjalan meninggalkan kamar kost, mereka sempat melirik ke belakang. Rupanya Henry dan Acong sudah tidak terlihat lagi dan kamar kedua gadis itu kembali rapat terkunci. Kini rupanya giliran Henry dan Acong yang berpesta menikmati tubuh kedua gadis malang itu.


Memang rupa-rupanya Henry juga memendam cinta kepada gadis-gadis itu dan kali ini dia dibantu oleh Acong dapat leluasa menikmati tubuh gadis-gadis itu. Kembali tubuh Anisya dan Wiwin yang sudah tidak sadarkan diri menjadi bulan-bulanan. Henry dan Acong pun leluasa berejakulasi di mulut dan rahim gadis-gadis itu sepuas-puasnya.
 

Related Posts

Buset! Wiwin Pantat lo emang sempit banget! Lo
4/ 5
Oleh