Minggu, 28 Januari 2018

Darah Perawan Adikku Tiga menit kemudian..crott..crottt.

Darah Perawan Adikku Tiga menit kemudian..crott..crottt.  Salam kenal pada pembaca budiman. Namaku Adi Mas Said, seseorang mahasiswa satu perguruang tinggi terkenal di kota Medan. Keluargaku terbagi dalam bapak ibuku serta seseorang adik wanita yang bernama Fina. Keluargaku termasuk juga keluarga yang cukup ada. Fina sekarang ini duduk di kelas tiga SMP satu sekolah swasta di Medan. Dia seseorang gadis yang begitu popular di sekolahnya dan sekalian adalah wakil ketua OSIS. Tidaklah heran mengapa dia dapat sepopuler itu. 




Fina seseorang gadis yang cantik serta manis. Badannya tidaklah terlalu tinggi, tetapi kemungilannya malah membuatnya terlihat makin manis. Dadanya tidaklah terlalu besar, tetapi lekukannya indah. Bibirnya merah merekah serta lesung pipitnya membuatnya makin menggoda, ibaratnya apel merah yang fresh. Rambutnya panjang hingga ke bahu, hitam legam, indah serta harum. Kulitnya putih serta mulus. Secara singkat, dia memanglah seseorang gadis yang begitu cantik serta adalah kebanggaan orang tuaku. Diluar itu dia sangat pintar membawa diri dihadapan orang yang lain hingga kebanyakan orang menyenanginya. 






Tetapi dibalik semuanya, sang “putri” ini sebenarnya tidak perfect. Kepribadiannya yang manis nyatanya cuma topeng belaka. Didunia ini, cuma saya, kakak lelakinya, yang tahu juga akan kepribadiannya yang sebenarnya. Ke-2 orang tuaku yang seringkali keluar kota untuk melakukan bisnis senantiasa menitipkan tempat tinggal serta adikku kepadaku. Tapi mereka tidak paham bila saya kesusahan untuk mengatur adikku yang bandelnya bukanlah main. Dihadapanku, dia senantiasa berlaku membangkang serta seenaknya. Apabila saya berkata A, jadi dia juga akan lakukan hal yang demikian sebaliknya. Pokoknya saya benar-benar kerepotan untuk menanganinya. 





Satu hari, semua beralih drastic. Hari itu yaitu hari Sabtu yang tidak juga akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti umumnya ke-2 orang tuaku tengah ada diluar kota untuk masalah usaha. Mereka juga akan kembali minggu depannya. Kebetulan, saya serta adikku juga tengah berlibur panjang. Sebenarnya kami menginginkan turut dengan orangtua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami turut dengan argumen tidak menginginkan kami mengganggu masalah usaha mereka. Meskipun adikku terlihat menurut, tapi saya tahu bila dia begitu jengkel di hatinya. Sesudah mereka pergi, saya berusaha untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yakni Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukanlah saja dia tidak terima kebaikanku, bahkan juga dia membanting pintu kamarnya dimuka hidungku. 





Berikut penghinaan paling akhir yang dapat kuterima. Akupun melihat DVD sendirian di ruangan tamu. Tapi fikiranku tidak focus ke film, tetapi bagaimana langkahnya membalas perbuatan adikku. Dirumah memanglah hanya ada kami berdua. Orangtua kami memiliki pendapat kalau kami tidak membutuhkan pembantu dengan argumen untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas fikiran ngawur juga melintas dipikiranku. Saya punya maksud untuk menyelusup ke kamar adikku kelak malam serta memfoto badan telanjangnya saat tidur serta memakainya untuk memaksa adikku supaya jadi adik yang penurut. 





Malam itu, jam memberikan jam sebelas malam. Saya juga mengedap dimuka pintu kamar adikku. Daun telingaku melekat di pintu untuk meyakinkan apa adikku telah tertidur. Nyatanya tak ada nada TV maupun radio di kamarnya. Memanglah umumnya adikku ini bila hatinya tengah mengkal, juga akan selekasnya pergi tidur lebih awal. Akupun memakai ketrampilanku jadi mahasiswa jurusan tehnik untuk buka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan saya memanglah memiliki kit karenanya yang kubeli saat tengah tur ke luar negeri. Di tanganku saya memiliki satu camera digital. 





Di kamar adikku, lampu masih tetap jelas karna dia memanglah tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun jalan perlahan-lahan menuju tempat tidurnya. Nyatanya malam itu dia tidur nyenyak terlentang dengan kenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan-lahan serta gemetar membuka dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak serta napasnya masih tetap halus serta teratur. Nyatanya dia menggunakan celana dalam warna putih serta bergambar bunga mawar. Pahanya demikian mulus serta saya juga dapat lihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitaran daerah vaginanya yang tertutup celana dalamnya. 





Lalu saya memakai gunting serta menggunting dasternya hingga pada akhirnya sisi payudaranya tampak. Diluar sangkaanku, nyatanya dia tidak kenakan kutang. Payudaranya tidak demikian besar, mungkin saja ukuran A, tapi lekukannya benar-benar indah serta menantang. Jakunku bergerak naik turun serta akupun menelan ludah lihat panorama paling indah dalam hidupku. Lalu dengan gemetar serta hati-hati, saya juga buka celana dalamnya. Adikku masih tetap tertidur nyenyak. 





Panorama indah selekasnya terpampang dihadapanku. Satu rimba kecil yg tidak demikian lebat terhampar dimuka mataku. Sangking terpesonanya, saya cuma dapat berdiri untuk demikian lamanya melihat dengan camera di tanganku. Saya lupa juga akan maksud kedatanganku kemari. Satu fikiran setanpun melintas, mengapa saya mesti senang cuma dengan memphoto badan adikku. Apakah saya mesti mensia-siakan peluang satu kesempatan ini dalam hidupku? Terlebih saya masih tetap perjaka ting-ting. Tapi kesadaran beda juga keluar dipikiranku, dia yaitu adik kandungku., For God Sake. Ke-2 kemampuan kebajikan serta kejahatan berkecamuk di fikiranku. 





Pada akhirnya, karna fikiranku tidak dapat mengambil keputusan, jadi saya membiarkan “adik lelakiku” di selangkangku mengambil keputusan. Nyatanya beliau telah tegang siap perang. Manusia bisa merencanakan, tapi iblislah yang memastikan. Lalu saya meletakan camera di meja. Saya juga memakai kain daster yang telah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Berniat saya membiarkan kakinya bebas supaya tidak menghambat permainan setan yang juga akan selekasnya kulakukan. Adikku masih pula tidak sadar bila bahaya besar telah mengancamnya. Saya juga selekasnya buka bajuku serta celanaku sampai telanjang bulat. 





Lalu saya menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Nyatanya daerah itu begitu harum, terlihat bila adikku ini begitu melindungi kebersihan badannya. Lalu saya juga mulai menjilati daerah lipatan serta klitoris adikku. Adikku masih tetap tertidur nyenyak, tapi sesudah sebagian lama, napasnya telah mulai memburu. Makin lama, vagina adikku makin basah serta merekah. Saya telah tidak tahan sekali lagi serta mengarahkan moncong meriamku ke lubang kesenangan terlarang itu. Ke-2 tanganku memegang pergelangan kaki adikku serta membukanya lebar-lebar. 





Ujung kepala penisku telah melekat di bibir vagina adikku. Sesaat, saya bebrapa sangsi untuk mengerjakannya. Tapi saya selekasnya menggelengkan kepalaku serta buang jauh keraguanku. Dengan satu sentakan saya mendorong pantatku maju ke depan serta penisku menembus masuk vagina yang masih tetap begitu rapat tetapi basah itu. Satu teriakan nyaring bergema di kamar, ” Aaaggh, aduh…. uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN?? ” Adikku terbangun serta menjerit melihatku ada diatas badannya serta menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan serta menahan rasa sakit yang mengagumkan. Matanya mulai berkaca-kaca. Sedang pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang coba melepas diri. Demikian halnya kakinya coba melepas diri dari pegangannku. Tetapi semuanya usaha itu gagal. Saya tidak berani terlalu lama memandang matanya, cemas bila saya juga akan beralih fikiran. Saya mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Nyatanya vagina adikku keluarkan darah, darah keperawanan. 


Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.


Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur.


Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit. Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis tersedu-sedu.


Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”


Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.


Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.


Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku, aku melihat wajah adikku yang seperti ingin melaporkan peristiwa yang terjadi selama seminggu ini. Aku pun bertindak cepat dan berkata pada ibuku: “Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami berdua.” Ibuku tersenyum mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit pucat dan tahu makna dari perkataanku. Dia pun tidak jadi berkata apa-apa.


Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah. Sekarang kami berdua tinggal di Jakarta dan menikmati kebebasan kami. Hal yang berbeda hanyalah aku bisa melihat bahwa adikku telah berubah menjadi gadis yang lebih binal

Related Posts

Darah Perawan Adikku Tiga menit kemudian..crott..crottt.
4/ 5
Oleh